Kamis, 21 Mei 2015

Biografi KH.Abdurrahman



                       
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Persis berawal dari suatu kelompoktadarusan(penelaahan agama Islam) di Kota Bandung di bawah pimpinan H. Muhammad Zamzam dan H MuhammadYunus. Bersama jamaahnya dengan penuh kecintaan menelaah, mengkaji sertamenguji ajaran-ajaran Islam. Kelompoktadarusanyang bejumlah sekitar 20orang itu menjadi semakin tahu akan hakikat Islam yang sebenarnya. Mereka punmenjadi sadar bahaya keterbelakangan,kejumudan, penutupan pintu ijtihad,taklid buta, dan serangkaian bid'ah. Mereka berusaha melakukan gerakan
Maka berdirilah Persis pada tanggal 12 September 1923 di Bandung. Dengan kata lain, pendirian Persis merupakan usahasejumlah umat Islamuntuk memperluas topik-topik diskusi keagamaan yang telah dilakukan secarainformal.
Sejak awal berdirinya, Persis lebih menitikberatkanperjuangannya pada penyebaran penyiaran faham Al-Qur'an dan As-Sunah kepada masyarakatPusat Pimpinan Persatuan Islam, Sejarah Singkat Persatuan Islam (PERSIS)(Bandung: PP PERSIS, TT)
Keanggotaan awal Persis kurangdari 20 orang pada tahun-tahun pertama. Aktivitas pun berkisar pada shalatJum'at ketika anggota datang bersama-sama dan mengikuti kursus-kursus pengajaran agama yang diberikan oleh sejumlah tokoh Persis Sebagai gerakantajdid, Persis mempunyai ciri radikal apabila dibandingkandengan organisasilainnya. A. Hassan sebagai penggerak dan tokohnya dikenal sebagai ulama yangberaliran reformis, radikal dalam memutuskan hukumIslam, danmelaksanakannya berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunah.
Persis berawal dari suatu kelompok tadarusan (penelaahan agama Islam) di Kota Bandung di bawah pimpinan H. Muhammad Zamzam dan H Muhammad Yunus. Bersama jamaahnya dengan penuh kecintaan menelaah, mengkaji serta menguji ajaran-ajaran Islam. Kelompok tadarusan yang bejumlah sekitar 20 orang itu menjadi semakin tahu akan hakikat Islam yang sebenarnya. Mereka pun menjadi sadar bahaya keterbelakangan, kejumudan, penutupan pintu ijtihad, taklid buta, dan serangkaian bid'ah. Mereka berusaha melakukan gerakan Tajdiddan pemurnian ajaran agama Islam dari faham- faham yang sesat dan menyesatkan. Kesadaran akan kehidupanberjamaah, berimamah dan berimarahdalam menyebarkan syariat Islam menimbulkan semangat kelompok tadarusan ini untuk mendirikan sebuah organisasi baru dengan ciri dan karakteristik yang khas.
Maka berdirilah Persis pada tanggal 12 September 1923 di Bandung. Dengan kata lain, pendirian Persis merupakan usaha sejumlah umat Islam untuk memperluas topik-topik diskusi keagamaan yang telah dilakukan secara informal. Umat Islam yang terlibat dalam diskusi-diskusi ini semuanya adalah kelas pedagang yang berasal dari Palembang yang telah lama bermukim di Bandung dan pada akhirnya menyatakan diri sebagai orang Sunda. Sejak awal berdirinya, Persis lebih menitikberatkanperjuangannya pada penyebaran penyiaran faham Al-Qur'an dan As-Sunah kepada masyarakat
Pusat Pimpinan Persatuan Islam,Sejarah Singkat Persatuan Islam (PERSIS) muslim dan bukan untuk memperbesar dan memperluas jumlah anggota dalam organisasi. Persis pada umumnya kurang tekanan pada kegiatan organisasinya sendiri. Persis tidak terlalu berminat untuk membentuk banyak cabang atau menambah sebanyak mungkin anggota. Pembentukan cabang tergantung pada inisiatif peminat semata dan bukan didasarkan kepada suatu rencana yang dilakukan oleh pimpinan pusat.
Persis mempunyai ciri radikal apabila dibandingkandengan organisasi lainnya. A. Hassan sebagai penggerak dan tokohnya dikenal sebagai ulama yang beraliran reformis, radikal dalam memutuskan hukum Islam, dan melaksanakannya berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunah.
Perjalanan panjang sebuah organisasi sejak awal berdirinya hingga sekarang ini tidak terlepas dari dinamika sosio-kulturalmasyarakat dan perilaku politik di mana organisasi itu tumbuh dan berkembang. Persis pada periode awal di bawah pimpinan Muhammad Zamzam, Muhammad Yunus, A. Hassan, dan M. Natsir menghadapi tantangan yang berat dalam menyebarkan ide-ide dan pemikirannya.
Maka dari itu kami memaparkan tentang Biografi K. H. E. Abdurrahman.
B. Rumusan Masalah
1.      Segi-segi kehidupan Ustadz Abdurrahman
2.      K. H. E. Abdurrahman dan PERSIS
3.      Peneguh khittah PERSIS
C. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui segi-segi kehidupan Ustadz Abdurrahman
2.      Untuk mengetahui K. H. E. Abdurrahman dan PERSIS
3.      Untuk mengetahui peneguh khittah PERSIS


BAB II
PEMBAHASAN
a.      Segi-segi kehidupan Ustad Abdurrahman
            Peran, kedudukan, dan aktivitas K.H. Endang Abdurahman (selanjutnya disebut ustad abdurahman) dalam kontoks sejarah pembaharuan islam di Indonesia, baik dalam kedudukannya sebagai pemikir, pendkwah maupun pelanjut gerakan tajdid dalam jam’iyyah persis, telah memberi warna tersendiri. Ia tampil sebagai sosok ulama rendah hati, berwibawa, dan berwawasan luas. Dengan gaya kepimimpinan yang luwes, ia telah membawa persis pada garis perjuangan yang berbeda : tampil low profile, dengan pendekatan ersuasif edukatif, tanpa keras namun tetap teguh dalam perinsip berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. [1]
            K.H.E Abdurahman dilahirkan di kampung Pasarean, Desa bojong Herang, kabupaten cianjur pada hari rabu tangal 12 Juni 1912 (26 jumadi tsaniyyah 1330 H). Ia merupakan putra tertua dari 11 bersaudara. Ayahnya bernama Ghazali, seorang penjahit pakaian dan ibunya bernama Haftsah. Seorang pengerajin batik. Pada usia 7-8 tahun, abdurrahman telah hatam Al-Qur’an. Dan pada usia semuda itu pula ia mulai meniti jenjang pendidikan. Dengan memasuki Madrasah Nahdathul Ulama cianjur (1919-1926). Di madrasah inilah penguasaan bahasa arab dan ilmu alatnya semakin mantap. Selesai menamatkan pelajaran di madrasah Al-Lanah, Abdurrahman pergi ke bandung atas permintaan tuan swarha (Hassan Wiratama) untuk mengajar di madarsah nahdathul ulama al-lanah bandung (1928-1930). Sekitas tahun 1930, atas permintaan tuan al-katiri, seorang kaya di bandung ia diminta untuk memberikan bimbingan agama kepada putra-putranya. selain itu, tuan al-katiripun mendirikan  majelis pendidikan dinniyah islam (MPDI) di Gg Ence Azis No.12/10 kebon jati bandung.[2] Ust abdurahman diberi tugas mengelola MPDI bersama sahabatnya, O.Qomaruddin saleh yang juga mengelola madrasah al-hikmah di rancabali padalarang. Dalam perjalanan hidupnya, ust abdurahman menunaikan ibdah haji dua kali, tahun 1956 bersama Isa Anshary, A.Hasan, Tamar jaya, Emzita, dan Tamim beserta rombongan 40 orang, dan pada tahun 1981 membingbing jamaah haji persis berjumlah 89 orang.
            Ustad abdurahman dikenal sebagai seorang ulama besar, ahli hukum yang tawadlu. Ia tidak ingin disanjung sehingga tidak banyak dikenal umum. Penghargaannya terhadap waktu sangat luar biasa. Ia menghabisakan waktunya menelaah kitab-kitab, mengajar di esantren, dan hampir setiap malam mengisi berbaga pengajian.
            Ulama besar ini, jika dilihat dari latar belakang pendidikanna hanyalas lulusan madrasah al-lanah cianjur. Namun, kegiggihannya dalam membuka cakrawala ilmu tidaklah terbatas pada jenjang pendidikan formal. Ia mencoba memahami berbagai bahsa khusunya bahasa arab, inggris dan belanda dan akhirnya mengguasainya. Cakrawal keilmuannya terbuka luas. Surat kabar yang menjadi langganannya adlah sipatahoenan, kompas, dan pikiran rakyat¸ juga surat kabar berbahasa inggris, the indonesia observer, selain itu, ia selalu mendapat kiriman majalah-majalah berbahasa arab dari saudi arabia dan mesir. Keseriusannya menelaah  kitab-kitab telah menjadi bagian dari kehidupannya. Perbendaharaan kitabnya yang begitu banyak dan keseriusan untuk mengkajinya, merupakan faktor penunjang dalam membentuk dirinya sebagai ulama. Keahliannya meliputi berbagai bidang ilmu, antara lain teologi, syariah, ilmu tafsir, hadis dan ilmu hadis, fiqih dan ushul fiqih.  Begitu juga ilmu hisab. Dengan ilmu yang dikuasainya, meskipun tidak pernah mengaenyam pendidikan di perguruan tinggi , ia diangkat sebagai dosen UNISBA pada tahun 1959, dan tahun 1976 sebagai dosen FKIT IKIP bandung.
            Dalam penelitian Mohammad Natsir (Wahid, 1988:74), ustad abdurahman mempunyai kelebhan dalam hal kecermatannya ketika menetapkan hukum dari ijtihhadnya, dengan landasan dalil yang selalu kuat dan dapat dipertanggungjawabkan. Menurutnya ulma seperti ini termasuk langka, bahkan jarang ditemui, di luar negri sekalipun.
            Sosok ustad abdurahman menunjukan orang yang sehat, bersih dan selalu rapih dalam berpakaian. Apalagi jika akan mengajra di pesantren, ia selalu tampil mengenakan celana panjang, berjas, dan berdasi, hal ini ia lakukan bukan untuk disanjung dan menyombongkan diri, tetapi untuk menghulangkan kesan bahwa pakaian ustad di pesantren slalu kotor , kumel, dan jorok. Dalam berucap, ia selalu senantiasa berhati-hati sehingga kata-katany tidak pernah menyakiti orang. Ia pun seorang penulis yang produktif. Tulisan lepasnya banyak tersebar di majalah-majalah. Materi-materi khutbah jumat, khotbah idul fitri dan idul adha disusunnya dengan baik. Buku-buku yang pernah ditulisnya antara lain  jihad dan qital, darus islam, ahlus sunnah wal jamaah, dirasah ilmu hadits, perbandingan mazhab, ahkammuyyasar’i, risalah jumat, recik-recik dakwah, sekitar masalah tarawih, takbbir dan sahlat ied dilemgkapi khutbah iedul fitri, hukum qurban, aqiqah, dan sembelihan, petunjuk praktis ibadah haji, renungan tarikh, mernahkeun hukmu dina agama, syiatu Aly, dan risalah wanita. Selain itu, ia juga menuliskan pemikirannya dalam entuk tanya jawab pada majalah risalah dalam ruang “istifta”.
            Dalam perjuangannya di persis, menurut Muchtar , ustad abdurahman sering berkata, “kita harus menghilangkan diri”. Pernyataan ini menagndung makna : demi hidupna pemikiran dan perjuangan dalam mempertahankan dan menegakana jamiyyah diperlukan keikhlasan dan keberanian melepaskan kepentingan pribadi untuk jamiyyah, selain tidak mengembangkan diri terhadap jasa yang telah diberikan semuanya dilakukan hanyalah karena Allah. Dalam setiap tausiahnya, beliau selalu berkata, “kita bukan pengikut dari generasi terdahulu, melainkan sebagai pelanjut” : maksudnya, pemikiran dan perjuangan persis hendaklah tidak taklid, melainkan harus innovatif  sesuai perkembangan zaman dan batas-batas kerangka Al-Qur’an dan sunnah. Adapun dalam hal metode dakwahnya, ustad abdurrahman selalu mengatakan, “kita perlu mencari jelas, dan bukan mencari puas”.
            Pada hari kamis, tanggal 21 april 1983, ustad abdurrahman meninggal dunia di rumah sakit Hassan sadikin bandung, karena penyakit asma yang di deritanya.[3]
b.      K.H.E Abdurrahman dan Persis
            Atas kehendak Allah SWT, suatu hal yang jarangterjadi bisa saja terjadi, seorang ulama yang semula pemahaman keagamaaanya bersifat tradisional, beralih menjadi ulama yang berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah serta menentang berbagai bid’ah, khurafat, dan takhayul. Hal itu dialami oleh ustad abdurrahman.
            Kisah yang disampaikan oleh K.H.Eman sar’an yang berasal dari ustad E.Sasmita, sebagaimana dikutip wahid, cukup memberikan gambaran tentang bagaimana ustad abdurahman berubah sikap dari sosok ulama tradisioanal menjadi sosok mujjadid yang tangguh.
            Keputuasan ustad abdurahman itu berawal dari adanya pengajian yang diselanggarakan oleh persis di jalan pangeran sumedang yang dipimpin oleh persis di jalan pangeran sumedang yang dipimpin oleh A.Hassan. dalam suatu kesempatan, a.hassan membahas masalah haramnya tahlillan, talqin, marhaban, dan ushalli, a.hassan menyebutnya sebagai perbuatan bidah. Ustad e.sasmita, salah seorang murid abdurahman yang mengetahui hal itu, kemudian menyampaikan bahasan a.hassan kepada kelompok pengajiannya di madrasah MPDI. Masalah ini ternyata diketahui pula oleh guru kebanggaan mereka, ustad abdurahman. Ustad abdurahman dan masyarakat sekitarnya merasa tersinggung mendengar bahasan A.Hassan, karena merasa keyakinkan dan faham yang dianutnya dipersoalkan dan dihina, apalagi dikategorikan perbuatan haram karena bid’ah.
            Dengan keberaniaanya, ustad abdurahman beserta beberapa muridnya mendatangi pengajian persis yang dipimpin A.Hasaan . terjadilah perdebatan antara A.Hassan dengan ustad abdurahman hingga berlangsung beberapa malam. Akhirnya, ustad abdurahman dapat menerima seluruh keterangan dan dalil-dalil yang dikemukakan A. Hassan. sejak saat itu, ustad abdurahman slalu hadir dalam setiap pengajian Persis di jalan pangeran sumedang. Sejak saat itu pula, ia menjadi murid A.Hassan yang paling akrab dan setia mendampinginya dalam berbagai kegiatan. Pada suatu waktu, dalam pengajian yang disaksikan banyak orang, sambil mengelus kepala ustad abdurahman, A.Hassan berkata “Abdurahman, anta akan menjadi murid saya yang pintar dan akan melebihi anak kandung saya sendiri”.
            Mulai tahun 1934, ustad abdurahman dilibatkan sebagai guru pada lembaga pendidikan islam (pendis) persis yang dikelola oleh muhamad natsir. Dengan demikian, ia semakin dekat dengan para ulama persis beserta para anggotanya. Kedekatannya dengan persis ini harus diabayar mahal. Ia diusir oleh tuan al-katiriyan masih berpandangan tradisional. Ia diberhentikan dari tugas nya sebagai pengajar MPDI, juga sebagai khatib di pakauman bandung. Ia bahjan diusir dari rumah milik tuan al-katiri yang ia tempati sejak lama. Sejak saat itulah, ustad abdurahman mengalami perubahan dalam kehidupannya, hidupnya yang tadinya serba kecukupan karena menjadi anak emas tuan al-katiri, kini berubah penuh keprihatinan. Namun, semuanya itu ia terima sebagaai ujian dari ALLAH SWT.
            Sekitar tahun 1940, sebagaian santri pesantren persis untuk orang dewasa (pesantren besaar) yang dikelola a.hassan bersamaan dengan kepindahannya ke bangil. Sementara pesantren kecil yang dipimpin oleh ustad abdurahman terus mengembangkan diri di bandung dan terus berjalan hingga masa pendudukan jepang. Pada saat revolusi fisik berakhir, pesantren persis dibawah pimpinan ustad abdurahman diungsikan ke gunung cupu ciamis. Setelah revolusi fisik berakhir, pesantren persis dipusatkan lagi di bandung dan terus mengembangkan jenjang pendidikannya hingga tingkat muallimin.
            Dalam aktivitas organisasi di jamiyyah persis, ustad abdurahman menunjukan sikap loyal. Ia aktif sebagai anggota persis sebagai sejak tahun 1934. Jabatan dalam jamiyyah yang pertama kali dipegangnya adalah ketua bagian tabligh dan pendidikan pada tahun 1952. Pada tahun 1953 (pada muktamar persis di bandung) ustad abdurahman terpilih sebagai sekretaris umum pusat pimpinan persis, mendampingi K.H. Mohammad Isa Anshary sebagai ketua umum.
            Pasca mukhtamar VII persis, pada tahun 1962, ustad abdurrahman terpilih sebagai ketua umum pusat pimpinan persis melalui referendum. Periode kepemimpinan ustad abdurahman ini merupakan periode kepemimpinan persis ketiga setelah berakhirnya kepemimipinan K.H. Mohammad Isa Anshary. Periode kepemimpinan persis ketiga ini merupakan regrenasi kepemimpinan eksponen persis yang merupakan organisasi otonom persis, tempat pembentukan kader-kader persis. Tampilnya K.H.E Abdurrahman, Eman sar’an, rusyad nurdin, dan E. Bachrum yang merupakan mantan pimpinan pemuda persis periode awal, membuktikan adanya pewarisan tongkat estafet kepemimpinan kepada kelompok muda dari organisasi otonom persis.
            Berbagai persoalan mulai muncul pada masa kepemimpinan ustad abdurahman. Namun masalah yang paling mendasar adalah bagaimana mempertaruhkan eksistensi persis ditengah gejolak sosial politi yang tidak menentu. Jihad perjuangan persis dihadapkan pada masalah-masalah pada politik yang beragam. Pembubaran masyumi oleh soekarno karena dianggap kontra revolusi, dan lepasnya persis sebagai anggota istimewa masyumi, serta ancaman akan dibubarkannya persis oleh pemerintahan orde lama karena tidak memasukan nasakom dalam qanun asassi persis, sampai pada meletusnya G.30 S/PKI merupakan masalah politis yang dihadapi pada masa awal kepemimpinan ustad abdurahman.
            Bagaimnapun pergeseran besar telah terjadi dalam kegiatan politik indonesia sejak tahun 1965. Apalagi dengan tersingkrnya kelompok-kelompok sayap kiri terpenting setelah dilarangnya PKI dan dilenyapkannya bekas kepemimpinan bekas kepemimpinan sayap kiri PKI dan PNI. Dngan demikian, harapan baru pun mulai timbul di kalangan islam. “perbenturan kekuatan” telah sirna dan berakhir dengan kemanangan suatu format politik baru. Hal ini menunjukan awal perkembangan setelah tahun 1965 dalam babak baru sejarah indonesia. Penindasan dan ancaman telah lenyap. Surat kabar dan majalah diperkenaankan terbit kembali. Pada tanggal 16 desember 1965 dibentuk badan koordinasi amal muslimin yang mempersatukan 16 organisasi islam yang ingin mengusahakan rehabilitasi partai masyumi.
            Setelah soekarno tersisihkan daari kegiatan politik aktif (sejak dikeluarkannya surat perintah 11 maret 1966), para mantan pemimpinan masyumi mengharapkan agar masyumi segera diizinkan kembali melakukan kegiatan alasannya orang-orang masyumi lah yang menentang demokrasi soekarno. Memang , sejak bulan juni 1966 diumumkan suatu pernyataan perwira-perwira tentara, terutama diarahkan terhadap siapapun, dari pihak manapun, dan golongan apapun yang menimpang dari pancasila dan uud 1945. Dalam pernyataan ini ada kecenderungan menduga para pemimpin masyumi terlibat dalam pemberontakan PKRI pada tahun 1958 selain sebagai suatu alasan untuk menerapkan larangan. Beberapa orang percaya bahwa pemerintah tidak ingin menyaksikan masyumi direhabilitasi karena menganggap partai ini memiliki kecenderungan untuk membentuk negara islam.
            Lenyapnya masyumi dari gelanggang politik menyebabkan hilangnya sarana untuk menyalurkan aspirasi politik aliran islam modernis seperti muhamadiyyah dan persis. Itulah sebabnya pada tahun 1964 timbul keinginan muhammadiyah untuk mendirikan partai islam indonesia (PII). Namun, karena semangat rehabilitasi masyumi masih cukup besar pada waktu itu, usaha itu terbengkalai. Pada tahun 1967, juga terdengar berita bahwa bung hatta dan para alumni himpunan mahasiswa islam (HMI) bermaksud mendirikan partai pengganti masyumi yang disebut “partai demokrasi islam indonesia PDII pun tidak kunjung terlaksana.
            Setelah lahirnya orde baru, dengan anggapan bahwa kepemimpinan soekarno akan lebih demokrat daripada soekarno, ide rehabilitasi masyumi semakin besar. Namun usaha ini hanya mampu melahirkan partai muslimin indonesia (PARMUSI) dibawah kepemimpinan djarnawi hadikusuma dan lukman harun sebagai sekretaris jenderal. Partai muslimin indonesia lahir pada tanggal 7 april 1967 yang dimaksudkan sebagai kelanjutan masyumi dengan nama lain. Pemerintah orde baru setuju. Akan tetapi, beberapa perwira tentara keberatan dengan keikutsertaan para mantan pemimpin masyumi dalam partai tersebut. Pada tanggal 24 oktober 1967, mohamad matsir memutuskan untuk mengundurkan diri dari kepemimpinan parmusi.
            Adapun sikap persis dibawah pemimpinan ustad abdurahman terhadpa parmusi kurang responsif, bahkan menolak menjadi anggota parmusi dengan alasan pemimpinannya tidak dipilih oleh ummat. Dalam amasalah ini, pusat pimpinan persis sering menyampaikan pernyataan, baik lisan maupun tulisan, kepada badan legislatif  dan eksekutif, walaupun persis merupakan organisasi non-politik.
            Selain berhadpan dengan masalah-maslah politik, persis juga berhadpan dengan aliran-aliran yang menyesatkan ummat islam, diantaranya aliran pembaharu isa bugis, aliran islam jama’ah, darul hadits, inkaru sunnah, dan berbagai aliran lain yang sesat menyesatkan. Untuk menghadapi aliran-aliran sesat ini, para mubalig persis dan mubalighat persistri serta para da’i  muda pemuda persis dan jamiyyatul banaat (sekarang pemudi persis) terjun ke daerah-daerah secara rutin dengan melaksanakan tablig keliling.
            Pada masa kepemimpinan ustad abdurahman, permaslahan interen organisasi pun berkembang, terutama setelah terjadinya G.30 S/PKI, karena ada anggota anggota yang diragukan ittikad baiknya dalam organisasi persis. Pengawasan ketat dilakukan. Selain menghendaki dan mengutamakan kualitas pelaksanaan, pengalaman ajaran agama yang berdasarkan ajaran al-qur’an dan sunnah, persis juga mengutamakan kualitas pelaksanaan disiplin organisasi yang berdasarkan qanun asasi dan qanun dakhili (anggaran dasar dan anggaran rumah tangga), peraturan-peraturan, tausiyyah, dan seperangkat tata kerja yang berlaku dlam organisasi. Meskipun kuantitas tidak diabaikan, ada suatu kekhawatiran jika jumlah yang banyak hanya menambah beban, seperti buih, tidak memberi manfaat sebagaimana yang diharapkan, bahkan sebaliknya malah mendatangkan madarat bagi keutuhan dan tegaknya jamiyyah.
            Pengawasan yang ketat inilah yang menjaadi ciri khas kepemimpinan ustad abdurahman. Hal itu dilatarbelakangi oleh adanya pemalsuan nama organisasi persis untuk keuntungan pribadi, selain karena terputusnya hubungan antara pusat pimpinan persis dengan cabang-cabang yang ada di sumatera, kalimantan, dan sulawesi akibat peristiwa G.30S/PKI. Sebagai perbandingan, tahun 1964 terdapat 63 cabang dengan jumlah anggota 7.173 pada tahun 1967 turun menjadi 56 cabang dengan jumlah 4.455 anggota, dan pada tahun 1980 terdapat 81 cabang dengan jumlah angota hanya 3.717 orang. Ini menunjukan adanya perbedaan yang mencolok antara jumlah cabang dan banyaknya anggota.
            Dalam hal ni dapat difahami, karena yang menjadi dasar dari ustad abdurahman sebagai ketua umum pusat pimpinan persis  tentang keangotaan persis berorientasi pada penekanan kualitas bukan kuantitas. Lebih jelasnya, berikut ini penjelasan ustad abdurahman tentang beberapa hal yang berkaitan dengan jamiiyah persis yang disampaikannya dalam khutbah iftitah tanggal 16 januari 1981.

KITA SEKALIAN SEBAGAI PELENGKAP
Ikhwatul iman, hadirin dan hadirat yang kami hormati !
Kami tidak akan mengatkan selamat datang, tetapi akan menduakan, “rafaqatukumu s’Salamah”, bukan selamat di waktu datang saja tapikeselamatan senantiasa menertai kita sekalian.
            Pada malam ini kita mendapat undangan dari Allah, bukan hanya bertemu muka sesama anggota ersatuan islam, tetapi pada malam ini akan bertemu ruh seperti sabda rosul , bertemunya jiwa umat islam itu bagaikan suatu pasukan yang tangguh ! sebab bila ruh tidak bersuara , searah, dan setujuan, maka akan terjadi ikhtilaf yang melemahkan.
            Ternyata kita telah berkumpul, merasakan kegembiraan sesama ikhwatu iman, dapat bertemu , dan saling merangkul disebabkan kerinduan ingin bertemu yang menunjukan terjalinnya hubungan bathin yang kukuh.
            Kalimat muakkat, bukan sekedar nama, tetapi antara nama dan makna itu tidak bertentangan mampu menjadi amal nyata untuk meningkatkan ibadah kepada allah swt!
            Bukan persatuan islam yang artinya menunjukan, bahwa memisahkan diri dari organisasi islam yang lain tetapi persatuan islam mempersatukan tenaga, mempersatukan kekuatan , yakni demi tujuan membela, memajukan islamnya sendiri. Membela orang islam itu mudah, orang kafir pun bisa membela orang islam, seperti dokter kafir yang menyembuhkan orang islam.
Tetapi membela agama islam sendiri, bila diganggu tidak ada akan orang yang membela, kecuali orang islam itu sendiri yang bersatu mempersatukan tenaga dan kekuatan untuk islam liya’lu wala yu’la alaihi !
Kita membuata nama muaakhat untuk menjadikankalimat tersebut sebagai sifat kita, dalam berabgai amal kita harus muakha, saling membantu, saling menunjang, seluruhnya menjadi pelengkap yang lainnya !
Dalam lisanul arab diterangkan, bahwa muakkaht itu perbuatan yang dilakukan rasullah mengangkatsebagai saudara, salma al-farizi dengan abu darda, mengangkat akh antara muhajirin dan anshar, sebab kalimah ikhwatun ini bermakna se-ibu dan se-bapak, lain dengan kalimat ikhwanun, yang artinya saudara yang turut, seperti ikhwanun syaiitaann.!
Rosullah saw. Memuakhatkan muhajirin dan anshaar, sehinnga kaum muhajirin dan anshar, sehinnga kaum muhajirin yang akhli dalam bidang pemasaran dapat membantu kaum anshar yang ahli dalam bidang pertanian. Maka hasil dari muakkaht itu, lahirlah suatu kerjasama yang menguntungkan kedua belah pihak.
Saya dan hairin sekalian, sebagai ikhwatu iman tidak ada yang berhak menepuk dada, sebab kita sekalian tidak lebih dari penyempurna, sebab setiap orang sangat memerlukan pelengkap maka dalam qanun persatuan islam tidak terdapat pengurus besar, tapi pimpinan, karena semua sudah memiliki pedoman qur’an dan hadits, maka pemimpin hanya membingbing untuk mencegah, agar jalan islam ini jangan kurang dan jangan lebih !
Maka dalam organisai persatuan islam (persis), tidak terdapat atasan ataupun bawahan tetapi seluruhnya saling membantu, saling menunjang dengan sesama sehinggga tercipta saling menghargai pekerjaan satu sama lainnya !
Bila pekerjaan kawan yang memuaskan, janganlah dikecewakan dan dihina, tapi amal dan jerih payahnya perlu kita hargai sebab tujuan dari pekerjaan tersebut sebenernya baik, tidak mau mengecewakan orang lain.!
Maka terimalah segala apa yang telah kita rasakan, janganlah terlalu berangan lebih jauh tetapi yang pokok bagi kita adalah meninggkatkan kerja untuk membina hari esok yang lebih baik, yakni hari esok di akhirat. Sedangkan dari poembinaan hari esok untuk akhirat itulah akan tercipta pula hari esok dunia yang lebih cerah perhatikanlah waktu yang tengah kita alami ini, sebab hari esok kita sangat tergantung dengan amal kita pada hari ini.
Bila lahir pertanyaan, kenapa persatuan islam ini tiddak ada kemajuan, hany berputar-putar disana, maka jawabanya begitulah ersatuan islam, yan senantiasa thawaf, berputar dalam ligkaran mardhatillah. !
Meskpun perstuan islam ini anggotanya bisa dihitung dengan jari tetapi pengaruhnya cukup besar banyak ajaran persatuan islam yang sekarang dilakukan oleh mereka yang tidak akan mengaku bila dikatakan orang persatuan islam.
Saya meminta laporan, ketika diadakan shlat khusuf di sebuah cabang persatuan islam, maka angota persis dimak dan di ejek, katanya persis ini ingin melebihi tuhan sehinnga meramalkan terjadinya khususf. Tetapi ketika khusuf mamng terjadi, mereka yang mengejek dan memaki itu turut melakukan shalat khusuf.
Juga bagaimana anggota persis yang ditonton orang banyak ketika melaksanakan shlat ‘ied di lapangan tegallega bandung namun sekaranag, ternyata, banyak jamaah yang memadati lapangan untuk shalat ied, meskipun mereka bukan persis.
Timbulnys ukhuwah islamiyyah itu, adlah dari badratul iman yang tumbuh karena badratul iman seperti zaman rosullulah saw , dari badratul iman, maka tumbuhlah abu bakar, tumbuhlah umar dan utsman, yang tidak diperintah untuk menjadi mukmin.
Namun badratul iman ini, tidak akan tumbuh subur bila tidak disiram dengan peningkatan ilmu, perjuangan dan dakwah islamiyyah. Tugas inilah yang kadangkala kurang mendapat perhatian yang seksama dari ummat islam, bagaikan menanamkan benih yang murni, yang sudah tentu yang kelak akan menumbuhkannya bukan kita, tapi allah rabbul’ allamiin, !
Maa’llimat aidhim liyakulu min tsamarih, kita ummat manusia hanya menanam, hanya allah yang akan menumbuhkannya dan kita akan memakan buahnya, hanya allah yang akan menumbuhkan, seoerti diutusnya para rosul dan nabi, yang hanya menanamkan badrattul iman, tetapi karena tumbuh disiram, maka wujudlah abu bakar, umar, dan utsman, wujudlah khalid bin walid.
Karena itu janganlah mengharapkan pekerjaan yang bukan garapan kita, membangun sekolah ini tidak cukup dengan tukang kayu, tetapi diperlukan tukang tembok, mereka saling menjadi pelengkap untuk menumbuhkan suatu bangunan megah.
Negara kita lengkapilah dengan suatu yang dibutuhkan, rakyat indonsesia di masa yang akan datang apa agamanya, tergantung dengan perjuangan kita sekerang janganlah mengerjakan sesuatu yang bukan pekerjan kita, keahliaan kita, kita tidak mau untuk melakukan sesuatu yang bukan garapan kita.!
Betul kita sedikit, tetapi pengaruh kita cukup kuat, hampir seluruh indonesia terpengaruh dengan faham kita, meskipun mereka tidak mau dikatakan persatuan islam.!
Kalau dahulu ditakdirkan persatuan islam tidak ada, wajah ummat islam di indonesia  tidak ada yang seperti ini, kalau kebiasaan khutbah jumat tetap berbahasa arab, tidak diubah, bagaimana keadaan ummat islam sekarang ini ?
Kita tidak perlu menepuk daa, bukan maksud kita menepuk dada, tetapi kita menerangkan suatu kenyataan , seperti diterangkan dalam suatu ensiklopedi, bahwa persatuan islam itu adalah “jamiyyatul ittihadul islamy mu’adadatun shagiratun kabirun nufus.” Artinya persatuan islam adalah yang tergolong kecil, tetapi memiliki pengaruh yang cukup besar.
Kita harus sabar dan ikhlas dalam berjuang, seabab rosullulah juga tidak langsung berhasil dalam erjuangannya, memarlukan waktu yang panjang!
Jika dilihat dari aktifitas organisasinya, pada masa kepemimpin ustad abdurrahaman, sejak tahun 1962 hingga 1983, menunjukan kecenderungan pada kegiatan-kegiatan sekitar tabligh dan pendidikan, dari tingkat pusat hingga ke tingkat cabang. Hal ini tidak lepas dari langkah dan kebijakan ustad abdurahman. Menurut mohammad natsir, ustad abdurrahaman lebih banyak mewarnai arah dan perjuangan persisi dan tablig-tablig  dan pengembangan lembaga-lembaga pendidiakan (pesantren), sehinnga persis sebagai organisasi masa tidak memperlihatkan langkah perjangannya ke arah politik. Ustad abdurahman dalam memimpin organisasi persis lebih mengorientasikan pada “organisasi agama”, sebab ia mengambil pola kepemimpinan ulama, bukan political leaders.
Dalam penilaian federspiel, ustad abdurahman adlah sosok ulama organisatoris. Abdurahman yang lama bergumul bersama lembaga pendidikan persis di bandung, kemudian menjadi sekretaris jenderal (sekretaris umum) pusat pimpinan persis setelah perang kemerdekaan, ada tahun 1962 menggantikan isa al-anshari sebagai ketua umum memperlihatkan kemampuan organisatoris yang luar biasa dalam menggerakan persis selama periode yang penuh dengan ketidakstabilan politik dan kemerosotan ekonomi.
c.       Peneguh khittah persis
Pembaharuan persis sejak awal hingga kepemimpinan Ustad Abdurahman yang menyangkut praktik-praktik peribadatan tertentu, menerut federspiel memberikan sumbangan bagi penguatan pemikiran perilaku kaum muslimin suni di indonesia. Penyampaian khotbah dalam bahasa lokal yang dimaksudkan untuk memperdalam pengetahuan islam mengenai agama, yang menjadi target para ulama. Pembaharuan dalam praktik islam yang mendasar dari adat kebiasaan dan ajaran kuno yang telah menajdi bahan pertentangan dikalangan ulama selama berabad-abad. Tuntutan untuk membersihkan upacra keagamaan dari praktik yang sebetulnya tidak diperintahkan dalam al-quran dan as sunnah.
Pesis menyatakan bahwa segala suatu diluar masalah ibadat diizinkan oleh islam apabila tidak ada larangan secara khusus. Prinsip seperti ini ditafsirkan secara luas dalam berbagai bidang, mislanya ekonomi, kedokteran, dan ilmu pengetahuan modern. Bagi persis, kitab suci merupakan otoritas final menyangkut apa yang boleh dan tidak boleh diterima.
Bagaimanapun, persis sejak awal berdirinya hingga berada dibawah kepemimpinan Ustad Abdurahman telah memberikan konstribusi yang cukup besar dalam gerakan pembaharuan islam di indonesia. Menurut federspiel, nilai persis, sebagai suatu topoik bagi penelitian ilmiah, tidak terletak pada organisasinya, karena ia keil dan tidak kukuh jga tidak terletak pada partisipasinya dalam kehidupan politik indonesia, karena aktivasnya bersifat insidental dan dan pinggiran bagi arus utama  perkembangan politik. Walaupun peran persis dalam pendidikan agama cukup besar terhadapperkembangan umat islam indonesia, tetapi dalam hal pengaruhnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan organisasi-organisasi lain. Begitu pula, usaha-usaha dlam melalui penerbitan yang dilakukannya , meskipun cukup berpengaruh pada waktu itu, sambutan dari pembaca dikalangan masyarakat indonesia secara umum masih sedikit.
Meskipun demikian, peran persis penting dikaji karean ia telah berusaha mendefinisikan islam yang sebenarnya, baik dalam segi prinsip dasarnya maupun dalam hal tuntutan perilaku religius  yang tepat bagi umat islam. Dalam hal ini, karena usahnaya senantiasa menghadiri berbagai konsep dan generalisasi yang kabur, ia mirip dengan berbagai konsep gerakan islam indonesia lainnya, yakni dalam hal kesamaan perhatian. Selain itu, peran persis terasa penting karean telah memberikan solusi tersendiri bagi persolan besar yang mengandung umat islam indonesia abad 20. Semua usaha persis itu tentu saja tidak terlepas dari peran ulamanya, sejak didirikannya oleh h.zamzam dan h muhamad yunus, kemudian dikembangkan dengan dasar-dasar doktrinal pada masa kepemimpinan isa anshary, walaupun akhirnya melamah pada masa kepemimpinan ustad abdurahman. Dan nampaknya, pada masa kepemimpin Ustad Abdurahman inilah persis kembali pada garis perjuangannya, tablig dan pendidikan berdasarkan al-qur’an dan sunnah.
Terhadap kepemimpinan Ustad Abdurahman ini, surya negara pernah memberikan penilaian : pertama , Ustad  Abdurahman sebagai pemegang amanah, ia telah berusaha menyebrangkan persis di tengah badai naskom dengan gaya dan cara mempertahankan eksistensi dengan mewujudkan dan melesterikan amanah para pendiri dan pendahulu persis sebagai organisasi dakwah. Kedua , Ustad Abdurahman sebagai “penyelamat” persis ia tidak berpartisispasi menerima nasakom pada masa orde lama, padahal organisasi lain membuka diri tanpa reserve sebagai pendukung nasakom. Ketiga , Ustad Abdurahman lebih memilih intensifikasi dan konsolidasi ke dalam organisasi persis daripada ekstensifikasi yang melemahkan kontro organisasi. Keempat, Ustad Abdurahman menampilkan sikap kepemimpinan yang istiqamah, mempertahankan persis sebagai organisasi dakwah, dan tidak membenarkannya berganti nama atau busana, ia lebih mengutamakan persis sebagai organisasi kualitas yan berpengaruh besar.
Dalam konteks sejarah pembaharuan islam di indonesia kepemimpinan Ustad Abdurahman dalam jamiyyah persis lebih cenderung memperkuat peran, fungsi, dan kedudukan persis sebagai organisasi yang berjaung mengembalikan umat kepada al-quran dan as sunnah sejak generasi awal melalui pendidikan, dakwah tablig, dan publikasi atau penerbitan yang terbatas. Nilai persis memang bukan terletak pada organisasinya, tetapi pada upayapenyebaran pahamnya yang diakui atau tidak telah menembus batas-batas organisasinya sendiri organisasinya tidak kenal luas tetapi pahamnya telah menembus batas-batas kekakuan dan kekaburan pemahaman keislaman indonesia. [4]












BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
a.       K.H.E Abdurahman dilahirkan di kampung Pasarean, Desa bojong Herang, kabupaten cianjur pada hari rabu tangal 12 Juni 1912 (26 jumadi tsaniyyah 1330 H). Ia merupakan putra tertua dari 11 bersaudara. Ayahnya bernama Ghazali, seorang penjahit pakaian dan ibunya bernama Haftsah. Seorang pengerajin batik. Pada usia 7-8 tahun, abdurrahman telah hatam Al-Qur’an. Dan pada usia semuda itu pula ia mulai meniti jenjang pendidikan. Dengan memasuki Madrasah Nahdathul Ulama cianjur (1919-1926). Ustad Abdurahman dikenal sebagai seorang ulama besar, ahli hukum yang tawadlu.
b.      Dengan keberaniaanya, ustad abdurahman beserta beberapa muridnya mendatangi pengajian persis yang dipimpin A.Hasaan . terjadilah perdebatan antara A.Hassan dengan ustad abdurahman hingga berlangsung beberapa malam. Akhirnya, ustad Abdurahman dapat menerima seluruh keterangan dan dalil-dalil yang dikemukakan A. Hassan. Dalam aktivitas organisasi di jamiyyah persis, ustad abdurahman menunjukan sikap loyal.
c.       Pesis menyatakan bahwa segala suatu diluar masalah ibadat diizinkan oleh islam apabila tidak ada larangan secara khusus. Prinsip seperti ini ditafsirkan secara luas dalam berbagai bidang, mislanya ekonomi, kedokteran, dan ilmu pengetahuan modern. Bagi persis, kitab suci merupakan otoritas final menyangkut apa yang boleh dan tidak boleh diterima.

.





DAFTAR PUSTAKA
Yang da’i yang politikus, dadan wildan pengantar K.H shidiq Amien.
Panduan hidup berjamaah di jamiyyah persis


[1] Dadan wildan,yang da’i yang poltikus hal.121
[2] Panduan hidup berjamaah di jamiyyah persis,hal.136
[3]Dadan wildan,yang da’i yang poltikus hal.124
[4]Dadan wildan,yang da’i yang poltikus hal.138

Tidak ada komentar:

Posting Komentar