Kamis, 21 Mei 2015

Makalah Gerhana Dalam Pandangan Islam



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.
Dengan penjelasan lain, gerhana bulan muncul bila bulan sedang beroposisi dengan matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang ekliptika sebesar 5°, maka tidak setiap oposisi bulan dengan Matahari akan mengakibatkan terjadinya gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan 2 buah titik potong yang disebut node, yaitu titik di mana bulan memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan ini akan terjadi saat bulan beroposisi pada node tersebut. Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik oposisi lainnya. Maka seharusnya, jika terjadi gerhana bulan, akan diikuti dengan gerhana Matahari karena kedua node tersebut terletak pada garis yang menghubungkan antara Matahari dengan bumi.
Sebenarnya, pada peristiwa gerhana bulan, seringkali bulan masih dapat terlihat. Ini dikarenakan masih adanya sinar Matahari yang dibelokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan kebanyakan sinar yang dibelokkan ini memiliki spektrum cahaya merah. Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna gelap, bisa berwarna merah tembaga, jingga, ataupun coklat.
Gerhana bulan dapat diamati dengan mata telanjang dan tidak berbahaya sama sekali.Ketika gerhana bulan sedang berlangsung, umat Islam yang melihat atau mengetahui gerhana tersebut disunnahkan untuk melakukan salat gerhana (salat khusuf ).
Oleh sebab itulah,maka penulis perlu mengkaji tentang gerhana menimbang masih banyak orang-orang dalam Masyarakat yang menyimpang dan menyalah artikan dalam asfek ketauhidan mengenai terjadinya Gerhana.
B.       Perumusan Masalah
Dalam penulisan Makalah ini akan dirumuskan beberapa masalah antara lain adalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana Kejadian Gerhana dalam Pandangan Islam ?
2.    Bagaimana Tuntunan Syar’i tentang kejadian Gerhana ?
3.    Bagaimana Hikmah dibalik terjadinya Gerhana ?
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Kronologi Gerhana
Pada Zaman Rasulullah SAW telah terjadi Gerhana,sebagaimana dijelaskan dalam Haditsnya:
عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ  يَوْمَ شُعْبَةَ قَالَ: كَسَفَتْ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ  مَاتَ إِبْرَاهِيمُ فَقَالَ النَّاسُ: كَسَفَتْ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا وَادْعُوا اللَّهَ
Dari Al-Mughirah bn Syu’bah, ia berkata,”Telah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah saw. (yaitu) pada hari wafatnya Ibrahim (putra Nabi). Kemudian orang-orang berkata,’Terjadinya gerhana matahari itu karena wafatnya Ibrahim. Kemudian Rasulullah saw. bersabda,’Sesungguhnya matahari dan bulan itu tidak gerhana karena wafat seseorang dan tidak karena hidupnya seseorang. Maka apabila kalian melihat (kejadian gerhana) maka shalatlah dan berdo’alah kepada Allah”,
(H.R.Bukhori)
Hadits ini menjelaskan bahwa Gerhana yang terjadi baik do Zaman Rosulullah atau bukan itu tidak ada hubunganya dengan kematian seseorang,tetapi itu merupakan sunatullah.Adapun apabila terjadi Gerhana maka hal-hal yang harus dilakukan oleh umat Islam adalah sebagai berikut:
a.       Melaksanakan Shalat Gerhana
b.      Berdzikit atau Berdo’a kepada Allah
c.       Bersedekah
B.  Pengertian Gerhana
Secara Istilah,gerhana matahari dan bulan disebut dengan istilah kusuf atau khusuf.Kedua kata tersebut merupakan sinonim yang berarti perubahan pada keduanya dan berkurangnya cahaya padanya.Secara sederhana kita mengartikanya dengan istilah Gerhana.
Ada pula yang mengatakan bahwa istilah kusuf untuk matahari sehingga disebut “ Kusuf As-Syamsi ( Gerhana Matahari ) “,sedangkan khusuf untuk bulan sehingga dikatakan “ Khusuf Al-Qomar ( Gerhana Bulan )”.
Gerhana adalah fenomena astronomi yang terjadi ketika sebuah benda angkasa bergerak ke dalam bayangan sebuah benda angkasa lain. Istilah ini umumnya digunakan untuk gerhana matahari ketika posisi bulan terletak di antara bumi dan matahari, atau gerhana bulan saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi.
C.  Macam-macam Gerhana
Gerhana ada dua macam,yaitu:
1.    Gerhana Matahari
Gerhana matahari terjadi pada waktu bulan berada di antara bumi dan matahari, yaitu pada waktu bulan mati, dan bayang-bayang bulan yang berbentuk kerucut menutupi permukaan bumi.
Bayang-bayang bulan ada dua bagian, yaitu umbra dan penumbra. Umbra adalah bagian yang gelap dan berbentuk kerucut yang puncaknya menuju ke bumi. Penumbra adalah bagian yang agak terang dan bentuknya makin jauh dari bulan semakin lebar.
Ukuran bulan sangat kecil sehingga bayangannyapun kecil. Oleh karena itu, daerah di bumi yang tertutup bayangan bulan hanya sebagian. Luas daerah yang tertutup penumbra memiliki garis tengah sekitar 3.000 km. Daerah yang tertutup umbra memiliki garis tengah sekitar 269 km.
Gerhana matahari dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: gerhana matahari totalgerhana matahari sebagian, dan gerhana matahari cincin.
Daerah yang berada dalam liputan umbra akan mengalami gerhana matahari total, sedangkan yang berada dalam liputan penumbra mengalami gerhana matahari sebagian.
a.         Gerhana Matahari Total
total_solar_eclipse.jpg
Sebuah gerhana matahari dikatakan sebagai gerhana matahari total apabila saat puncak gerhana, piringan matahari ditutup sepenuhnya oleh piringan bulan. Saat itu, piringan bulan sama besar atau lebih besar dari piringan matahari. Ukuran piringan matahari dan piringan bulan sendiri berubah-ubah tergantung pada masing-masing jarak bumi-bulan dan bumi-matahari.
Lama gerhana matahari total hanya beberapa menit karena gerakan bayangan bulan yang cepat.

b.        Gerhana Matahari Sebagian
gm sbagian.jpg
Gerhana matahari sebagian terjadi jika hanya sebagian cahaya matahari yang menuju ke bumi terhalang bulan. Pada saat terjadi gerhana ini permukaan bumi berada diantara penumbra dan umbra. Gerhana matahari sebagian ini meliputi daerah yang lebih luas.
c.         Gerhana Matahari Cincin
cincin.jpg
Gerhana matahari cincin terjadi apabila piringan bulan hanya menutup sebagian dari piringan matahari. Gerhana ini terjadi bila ukuran piringan bulan lebih kecil dari piringan matahari. Bagian piringan matahari yang tidak tertutup oleh piringan bulan, berada di sekeliling piringan bulan dan terlihat seperti cincin yang bercahaya.
Gerhana matahari biasanya berlangsung ±7 menit. Ketika gerhana matahari, orang dilarang melihat ke arah matahari dengan mata telanjang karena hal ini dapat merusakkan mata secara permanen dan mengakibatkan kebutaan.
Melihat secara langsung ke fotosfer matahari (bagian cincin terang dari matahari) walaupun hanya dalam beberapa detik tapi dapat mengakibatkan kerusakan permanen retina mata karena radiasi tinggi yang tak terlihat yang dipancarkan dari fotosfer. Mengamati gerhana matahari membutuhkan pelindung mata khusus atau dengan menggunakan metode melihat secara tidak langsung. Kaca mata sunglasses tidak aman untuk digunakan karena tidak menyaring radiasi inframerah yang dapat merusak retina mata.
2.    Gerhana Bulan
Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.
Sebenarnya, pada peristiwa gerhana bulan, seringkali bulan masih dapat terlihat. Ini dikarenakan masih adanya sinar matahari yang dibelokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan kebanyakan sinar yang dibelokkan ini memiliki spectrum cahaya merah. Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna gelap, bisa berwarna merah tembaga, jingga, ataupun coklat.
Gerhana bulan dapat diamati dengan mata telanjang dan tidak berbahaya sama sekali.
GB 1.png
a.    Gerhana Bulan Total
gb totaall.jpg
Dalam peredaran mengelilingi bumi, ada kalanya bulan bergerak ke tengah-tengah daerah bayang-bayang umbra, atau keseluruhan bulan masuk ke dalam bayangan inti/umbra bumi. sehingga bisa lebih dari dua jam berada dalam kegelapan. Dalam keadaan demikian terjadilah gerhana bulan total.
b.    Gerhana Bulan Sebagian
Gerhana ini terjadi jika hanya sebagian bulan saja yang masuk ke daerah umbra bumi, dan sebagian lagi berada dalam bayangan penumbra bumi. Sehingga masih ada sebagian sinar matahari yang sampai ke permukaan bulan.




c.    Gerhana Bulan Penumbra Total
Pada gerhana ini, seluruh bagian bulan berada di bagian penumbra. Sehingga bulan masih dapat terlihat dengan warna yang suram.
d.        Gerhana Bulan Penumbra Sebagian
Gerhana ini terjadi jika hanya sebagian saja dari bulan yang memasuki penumbra.
Gerhana bulan penumbra biasanya tidak terlalu menarik bagi pengamat. Karena pada gerhana bulan jenis ini, penampakan gerhana hampir-hampir tidak bisa dibedakan dengan saat bulan purnama biasa.
D.  Mitos-mitos keliru seputar Gerhana
Kejadian gerhana matahari maupun bulan telah sering dialami oleh manusia sejak jaman dahulu kala. Tentu saja, sejalan dengan perkembangan intelektual dan ilmu pengetahuan yng dimiliki manusia, menyikapi terjadinya gerhana pun beragam.
Pada jaman dahulu, karena keterbatasan intelektual dan ilmu pengetahuan dan sejalan dengan keyakinan primitif manusia yang mengkaitkan setiap gejala alam dengan kekuatan-kekuatan supranatural, mitos-mitos dan keyakinan khurofat seputar gerhana pun muncul, yang tentu saja dengan timbangan syariat dan keyakinan agama hal ini bertentangan dengan aqidah yang benar.
Di antara mitos-mitos yang muncul pada jaman dahulu, bahkan sebagian masih ada yang mempercayainya hingga sekarang ini, terjadinya gerhana itu karena adanya sesosok raksasa besar (batarakala) yang sedang berupaya menelan matahari. Nah, agar raksasa itu memuntahkan kembali matahari yang ditelannya, maka diperintahkan untuk menabuh berbagai alat, seperti kentongan, bedug, bambu atau bunyi-bunyian lainnya.
Ada juga yang meyakini bahwa matahari itu beredar seperti dibawa oleh sebuah gerobak besar. Gerhana itu terjadi karena gerobak tersebut memasuki sebuah terowongan dan kemudiankeluar lagi.
Sebagian juga meyakini bahwa bulan dan matahari adalah sepasang kekasih, sehingga apabila mereka berdekatan maka akan saling memadu kasih sehingga timbullah gerhana sebagai bentuk percintaan mereka.
Bahkan, masih ada hingga kini yang meyakini bahwa bagi wanita yang sedang hamil diharuskan bersembunyi di bawah tempat tidur atau bangku, agar bayi yang dilahirkannya nanti tidak cacat (wajahnya hitam sebelah).
Dalam catatan sejarah Islam, orang-orang arab Quraisy mengaitkan peristiwa gerhana dengan kejadian-kejadian tertentu, seperti adanya kematian atau kelahiran, dan kepercayaan ini dipercaya secara turun temurun sehingga menjadi keyakinan umum masyarakat. Dijaman Rasulullah, misalnya, pernah terjadi gerhana matahari yang bersamaan dengan kematian putra Rasul SAW yang bernama Ibrahim. Orang-orang pada saat itu menganggap terjadinya gerhana karena kematian putra Nabi tersebut. Maka, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun membantah keyakinan orang Arab tadi, seraya bersabda:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا وَادْعُوا اللَّهَ وَتَصَدَّقُو.......
 Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat gerhana tersebut, maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”. (HR. Bukhari)
Hadits tersebut diatas sekaligus menjadi tuntunan bagi kita bagaimana menyikapi terjadinya Gerhana Matahari atau Bulan dalam kehidupan sesuai dengan syari’at Islam.
E.  Tuntunan Syari’at Islam mengenai terjadinya Gerhana
Kejadian gerhana, baik bulan maupun matahari, memang merupakan kejadian yang langka. Bisa jadi dalam rentang waktu bertahun-tahun, tapi mungkin juga dalam satu tahun yang sama..
Karena kejadian yang langka ini, maka sebagiaan besar orang ingin menyaksikan fenomena itu dengan berbagai cara. Ada yang mengamati dengan menggunakan camera foto tertentu, kertas/plastik film atau ada juga yang menggunakan air sebagai cerminnya.
Bagi para ahli astronomi, pengamatan terjadinya gerhana biasanya menggunakan teropong dan dilakukan di pusat astronomi, seperti di Boscha Lembang. Mereka juga dapat menyiarkan langsung melalui media televisi kejadian tersebut ke seluruh tempat di dunia. Jadi, kita tidak perlu repot-repot untuk menyaksikan langsung. Melalui berita-berita pada sore atau malam hari, tayangan itu akan kita dapatkan kembali.
Islam sebagai ajaran yang lengkap tak luput juga menuntun kita untuk menyikapi kejadian itu dengan tuntuan syariat yang akan lebih meningkatkan ketauhidan dan aqidah islamiyah.
Pakar bahasa Arab, memberi istilah berbeda pada gerhana matahari dan bulan. Gerhana matahari mereka namakan dengan kusuf adalah artinya terhalangnya cahaya matahari atau berkurangnya cahaya matahari disebabkan bulan yang terletak di antara matahari dan bumi. Sedangkan khusuf sebutan untuk gerhana bulan.
Namun, ada pula yang berpendapat bahwa jika kusuf dan khusuf tidak disebut berbarengan, maka itu bermakna satu yaitu gerhana matahari atau gerhana bulan. Namun kalau kusuf dan khusuf disebut berbarengan, maka kusuf bermakna gerhana matahari, sedangkan khusuf bermakna gerhana bulan.
Dalam beberapa hadits, kadang menggunakan kata khusuf, namun yang dimaksudkan adalah gerhana matahari atau gerhana bulan karena khusuf pada saat itu disebutkan tidak berbarengan dengan kusuf.
Islam mengajarkan kepada umatnya kalau terjadi gerhana harus melakukan shalat gerhana,sebagaimana Sabda Rasulullas SAW:
فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
 “Apabila kalian melihat hal itu, maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, shalatlah, dan bershodaqohlah”. ( HR.Bukhari )
F.   Shalat Gerhana
Islam mengajarkan umatnya untuk melakukan shalat apabila mereka menyaksikan peristiwa gerhana,baik gerhana matahari maupun gerhana bulan sebagaimana yang disyari’atkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Para Ulama menyimpulkan bahwa hukum shalat gerhana adalah sunah.Imam Nawawi dan Ibnu Hajar menyatakan bahwa sunahnya shalat gerhana merupakan ijma Ulama.
Di sisi lain,karena kaum muslimin jarang yang mengenal dan melaksanakan shalat gerhana,maka dengan melakukanya maka dia akan mendaapatkan keutamaan orang yang menghidupkan sunah.
G. Hukum Shalat Gerhana
Mayoritas ulama berpendapat bahwa hukum shalat gerhana matahari adalah sunnah mu’akkad (sunnah yang sangat ditekankan). Namun, menurut Imam Abu Hanifah, shalat gerhana dihukumi wajib. Imam Malik sendiri menyamakan shalat gerhana dengan shalat Jum’at. Kalau kita timbang-timbang, ternyata para ulama yang menilai wajib memiliki dalil yang kuat. Karena dari hadits-hadits yang menceritakan mengenai shalat gerhana mengandung kata perintah (jika kalian melihat gerhana tersebut, shalatlah: kalimat ini mengandung perintah). Mereka berpendapat bahwa menurut kaedah ushul fiqih, hukum asal perintah adalah wajib. Pendapat yang menyatakan wajib inilah yang dipilih oleh Asy Syaukani, Shodiq Khoon, dan Syaikh Al Albani rahimahumullah. Dalilnya adalah:
فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا .........
Jika kalian melihat kedua gerhana yaitu gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan shalat.” (HR. Bukhari)
H.  Adab-adab Shalat Gerhana
Adapun adab-adab Shalat gerhana adalah sebagai berikut:
1.    Menghadirkan rasa takut kepada Allah saat terjadinya gerhana bulan dan matahari
2.    Mengingat apa yang pernah disaksikan Nabi Muhammad dalam Shalat Kusuf
3.    Menyeru dengan panggilan “ Asshalatu Jami’an “
4.    Disunahkan mengeraskan bacaan surat
5.    Shalat gerhana dilakukan di Mesjid secara berjamaah
6.    Wanita boleh ikut shalat berjamaah dibelakang barisan laki-laki
7.    Disunahkan memanjangkan bacaan surat
8.    Disunahkan menyampaikan khutbah setelah selesai shalat
I.     Waktu Pelaksanaan Shalat Gerhana
Waktu pelaksanaan shalat gerhana berlaku ketika proses gerhana mulai terjadi hingga gerhana selesai.Jika ketika shalat gerhananya selesai,maka lanjutkan halat dengan mempercepat shalatnya.Jika selesai shalat gerhana,dan proses gerhana masih berlangsung,tidak perlu melanjutkan shalat lagi,cukup membaca do’a dan istigfar yang banyak.Jika tidak sempat shalat saat terjadi gerhana maka tidak disunahkan melakukan qada atasnya.
J.    Hal-hal yang dianjurkan ketika terjadi Gerhana
a.       Perbanyaklah dzikir, istighfar, takbir, sedekah dan bentuk ketaatan lainnya
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari)
b.       Keluar mengerjakan shalat gerhana secara berjama’ah di masjid
Salah satu dalil yang menunjukkan hal ini sebagaimana dalam hadits dari ‘Aisyah : bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengendari kendaraan di pagi hari lalu terjadilah gerhana. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati kamar istrinya (yang dekat dengan masjid), lalu beliau berdiri dan menunaikan shalat. (HR. Bukhari).
c.        Wanita juga boleh shalat gerhana bersama kaum pria
Dari Asma` binti Abi Bakr, beliau berkata:
“Saya mendatangi Aisyah radhiyallahu ‘anha -isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika terjadi gerhana matahari. Saat itu manusia tengah menegakkan shalat. Ketika Aisyah turut berdiri untuk melakukan sholat, saya bertanya: ‘Kenapa orang-orang ini?’ Aisyah mengisyaratkan tangannya ke langit seraya berkata, ‘Subhanallah (Maha Suci Allah).’ Saya bertanya: ‘Tanda (gerhana)?’ Aisyah lalu memberikan isyarat untuk mengatakan iya.” (HR. Bukhari)
d.      Menyeru jama’ah dengan panggilan “ash sholatu jaami’ah” dan tidak ada adzan maupun iqomah.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil jama’ah dengan: ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.” (HR. Muslim).
e.       Berkhutbah setelah shalat gerhana
Disunnahkah setelah shalat gerhana untuk berkhutbah.Khutbah yang dilakukan adalah sekali sebagaimana shalat ‘ied, bukan dua kali khutbah. Inilah pendapat yang benar sebagaimana dipilih oleh Imam Asy Syafi’i.

K. Hikmah dibalik peristiwa Gerhana
Banyak cerita khurafat dan tahyul beredar di masyarakat seputar terjadinya gerhana.Namun syari’at Islam telah mnyatakan dengan tegas nilai-nilai yang terkandung dibalik terjadinya peristiwa tersebut.Diantaranya adalah sebagai berikut:
a.    Munculnya Syari’at baru yaitu Shalat Gerhana
Rosulullah SAW Bersabda:
فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا .........
Jika kalian melihat kedua gerhana yaitu gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan shalat.” (HR. Bukhari)
b.    Menunjukan salah satu keagungan dan kekuasaan Allah SWT yang maha mengatur alam ini
c.    Untuk menimbulkan rasa gentar di hati setiap hamba atas kebesaran Allah SWT dan adzabnya bagi siapa yang tidak taat kepadanya
Rosulullah SAW Bersabda:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا وَادْعُوا اللَّهَ وَتَصَدَّقُو.......
 Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat gerhana tersebut, maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”. (HR. Bukhari)











BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Fenomena kejadian gerhana merupakan bukti kebesaran Allah yang ditunjukkan kepada makhluk-Nya untuk dijadikan bahan tafakkur. Gerhana sering juga disebut sebagai gejala alam yangbisa diprediksi kapan kejadiannya. Namun, semua itu adalah kehendak Allah. Bagi Dia bisa saja andaikata tidak mengembalikan posisi bulan dan matahari sebagaimana sebelumnya. Jika hal ini terjadi tentu akan datang bencana yang hebat di muka bumi ini, karena selamanya matahari, yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk di bumi ini, akan terhalang oleh bulan dan kita akan mengalami seperti malam yang sangat panjang. Inilah mungkin yang disebut Kiamat.
Oleh karena itu, sikap yang tepat ketika fenomena gerhana ini adalah takut dan khawatir namun tetap berpengharapan kepada Allah. Jangan mengikuti kebiasaan orang-orang yang hanya ingin menyaksikan peristiwa gerhana dengan membuat album kenangan fenomena tersebut, tanpa mau mengindahkan tuntunan dan ajakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu. Siapa tahu peristiwa ini adalah tanda datangnya bencana atau adzab, atau tanda semakin dekatnya hari kiamat.
Mari kita renungkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini :
عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ  يَوْمَ شُعْبَةَ قَالَ: كَسَفَتْ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ  مَاتَ إِبْرَاهِيمُ فَقَالَ النَّاسُ: كَسَفَتْ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا وَادْعُوا اللَّهَ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah.” (HR. Muslim)
B.  Saran
1.    Kepada seluruh umat Islam hendaklah jangan percaya terhadap khurafat dan tahayul yang terjadi seputar gerhana.
2.    Kepada seluruh remaja Islam hendaklah meyakini dan mempercayai bahwa terjadinya gerhana itu bukanlah karena kematian seseorang tetapi merupakan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar