BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Gerhana bulan terjadi
saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar Matahari tidak
dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.
Dengan penjelasan lain,
gerhana bulan muncul bila bulan sedang beroposisi dengan matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang ekliptika sebesar 5°, maka tidak setiap oposisi bulan dengan Matahari akan mengakibatkan terjadinya gerhana bulan.
Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan 2 buah
titik potong yang disebut node, yaitu titik di mana bulan memotong
bidang ekliptika. Gerhana bulan ini akan terjadi saat bulan beroposisi pada node
tersebut. Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik
oposisi ke titik oposisi lainnya. Maka seharusnya, jika terjadi gerhana bulan,
akan diikuti dengan gerhana Matahari karena kedua node tersebut terletak pada garis yang menghubungkan
antara Matahari dengan bumi.
Sebenarnya, pada
peristiwa gerhana bulan, seringkali bulan masih dapat terlihat. Ini dikarenakan
masih adanya sinar Matahari yang dibelokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan kebanyakan sinar yang dibelokkan ini memiliki spektrum cahaya merah. Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan akan tampak
berwarna gelap, bisa berwarna merah tembaga, jingga, ataupun coklat.
Gerhana bulan dapat
diamati dengan mata telanjang dan tidak berbahaya sama sekali.Ketika gerhana bulan sedang
berlangsung, umat Islam yang melihat atau mengetahui gerhana tersebut disunnahkan untuk melakukan salat gerhana (salat khusuf ).
Oleh sebab itulah,maka penulis perlu mengkaji
tentang gerhana menimbang masih banyak orang-orang dalam Masyarakat yang menyimpang
dan menyalah artikan dalam asfek ketauhidan mengenai terjadinya Gerhana.
B.
Perumusan Masalah
Dalam penulisan Makalah ini akan dirumuskan beberapa masalah antara
lain adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana Kejadian Gerhana dalam Pandangan Islam ?
2.
Bagaimana Tuntunan Syar’i tentang kejadian Gerhana ?
3.
Bagaimana Hikmah dibalik terjadinya Gerhana ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kronologi
Gerhana
Pada Zaman Rasulullah SAW telah terjadi Gerhana,sebagaimana
dijelaskan dalam Haditsnya:
عَنْ
الْمُغِيرَةِ بْنِ يَوْمَ شُعْبَةَ قَالَ: كَسَفَتْ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ
رَسُولِ اللَّهِ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ
فَقَالَ النَّاسُ: كَسَفَتْ الشَّمْسُ لِمَوْتِ
إِبْرَاهِيمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ
يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا
وَادْعُوا اللَّهَ
Dari Al-Mughirah bn Syu’bah, ia
berkata,”Telah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah saw. (yaitu) pada
hari wafatnya Ibrahim (putra Nabi). Kemudian orang-orang berkata,’Terjadinya
gerhana matahari itu karena wafatnya Ibrahim. Kemudian Rasulullah saw.
bersabda,’Sesungguhnya matahari dan bulan itu tidak gerhana karena wafat
seseorang dan tidak karena hidupnya seseorang. Maka apabila kalian melihat
(kejadian gerhana) maka shalatlah dan berdo’alah kepada Allah”,
(H.R.Bukhori)
(H.R.Bukhori)
Hadits ini menjelaskan bahwa Gerhana
yang terjadi baik do Zaman Rosulullah atau bukan itu tidak ada hubunganya dengan
kematian seseorang,tetapi itu merupakan sunatullah.Adapun apabila
terjadi Gerhana maka hal-hal yang harus dilakukan oleh umat Islam adalah
sebagai berikut:
a.
Melaksanakan
Shalat Gerhana
b.
Berdzikit atau
Berdo’a kepada Allah
c.
Bersedekah
B. Pengertian
Gerhana
Secara Istilah,gerhana matahari dan bulan
disebut dengan istilah kusuf atau khusuf.Kedua kata tersebut merupakan sinonim
yang berarti perubahan pada keduanya dan berkurangnya cahaya padanya.Secara
sederhana kita mengartikanya dengan istilah Gerhana.
Ada pula yang mengatakan bahwa istilah kusuf untuk
matahari sehingga disebut “ Kusuf As-Syamsi ( Gerhana Matahari ) “,sedangkan
khusuf untuk bulan sehingga dikatakan “ Khusuf Al-Qomar ( Gerhana Bulan )”.
Gerhana
adalah fenomena astronomi yang terjadi ketika sebuah benda angkasa bergerak ke
dalam bayangan sebuah benda angkasa lain. Istilah ini umumnya digunakan untuk
gerhana matahari ketika posisi bulan terletak di antara bumi dan matahari, atau
gerhana bulan saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh
bayangan bumi.
C. Macam-macam Gerhana
Gerhana ada dua macam,yaitu:
1.
Gerhana Matahari
Gerhana matahari terjadi pada waktu
bulan berada di antara bumi dan matahari, yaitu pada waktu bulan mati, dan
bayang-bayang bulan yang berbentuk kerucut menutupi permukaan bumi.
Bayang-bayang bulan ada dua bagian,
yaitu umbra dan penumbra. Umbra adalah bagian yang gelap dan berbentuk kerucut
yang puncaknya menuju ke bumi. Penumbra adalah bagian yang agak terang dan bentuknya
makin jauh dari bulan semakin lebar.
Ukuran
bulan sangat kecil sehingga bayangannyapun kecil. Oleh karena itu, daerah di
bumi yang tertutup bayangan bulan hanya sebagian. Luas daerah yang tertutup
penumbra memiliki garis tengah sekitar 3.000 km. Daerah yang tertutup umbra
memiliki garis tengah sekitar 269 km.
Gerhana matahari dapat dibagi menjadi tiga
jenis yaitu: gerhana matahari
total, gerhana matahari
sebagian,
dan gerhana matahari
cincin.
Daerah yang berada dalam liputan
umbra akan mengalami gerhana matahari total, sedangkan yang berada dalam
liputan penumbra mengalami gerhana matahari sebagian.
a.
Gerhana
Matahari Total
Sebuah gerhana matahari dikatakan
sebagai gerhana matahari total apabila saat puncak gerhana, piringan matahari
ditutup sepenuhnya oleh piringan bulan. Saat itu, piringan bulan sama besar
atau lebih besar dari piringan matahari. Ukuran piringan matahari dan piringan
bulan sendiri berubah-ubah tergantung pada masing-masing jarak bumi-bulan dan
bumi-matahari.
Lama
gerhana matahari total hanya beberapa menit karena gerakan bayangan bulan yang
cepat.
b.
Gerhana Matahari Sebagian
Gerhana matahari sebagian terjadi
jika hanya sebagian cahaya matahari yang menuju ke bumi terhalang bulan. Pada
saat terjadi gerhana ini permukaan bumi berada diantara penumbra dan umbra.
Gerhana matahari sebagian ini meliputi daerah yang lebih luas.
c.
Gerhana
Matahari Cincin
Gerhana
matahari cincin terjadi apabila piringan bulan hanya menutup sebagian dari
piringan matahari. Gerhana ini terjadi bila ukuran piringan bulan lebih kecil
dari piringan matahari. Bagian piringan matahari yang tidak tertutup oleh
piringan bulan, berada di sekeliling piringan bulan dan terlihat seperti cincin
yang bercahaya.
Gerhana matahari biasanya
berlangsung ±7 menit. Ketika gerhana matahari, orang dilarang melihat ke arah
matahari dengan mata telanjang karena hal ini dapat merusakkan mata secara
permanen dan mengakibatkan kebutaan.
Melihat secara langsung ke
fotosfer matahari (bagian cincin terang dari
matahari) walaupun hanya dalam beberapa detik tapi dapat mengakibatkan
kerusakan permanen retina mata karena radiasi tinggi yang tak
terlihat yang dipancarkan dari fotosfer. Mengamati gerhana matahari
membutuhkan pelindung mata khusus atau dengan menggunakan metode melihat secara
tidak langsung. Kaca mata sunglasses tidak aman untuk
digunakan karena tidak menyaring radiasi inframerah yang dapat merusak retina
mata.
2.
Gerhana Bulan
Gerhana bulan terjadi saat sebagian
atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila
bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama,
sehingga sinar matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.
Sebenarnya, pada
peristiwa gerhana bulan, seringkali bulan masih dapat terlihat. Ini dikarenakan
masih adanya sinar matahari yang dibelokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan
kebanyakan sinar yang dibelokkan ini memiliki
spectrum cahaya merah. Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan akan
tampak berwarna gelap, bisa berwarna merah tembaga, jingga, ataupun coklat.
Gerhana bulan dapat
diamati dengan mata telanjang dan tidak berbahaya sama sekali.
a. Gerhana Bulan Total
Dalam peredaran
mengelilingi bumi, ada kalanya bulan bergerak ke tengah-tengah daerah
bayang-bayang umbra, atau keseluruhan bulan masuk ke dalam bayangan
inti/umbra bumi. sehingga
bisa lebih dari dua jam berada dalam kegelapan. Dalam keadaan demikian
terjadilah gerhana bulan total.
b. Gerhana Bulan Sebagian
Gerhana ini terjadi jika hanya sebagian bulan
saja yang masuk ke daerah umbra bumi, dan sebagian lagi berada dalam bayangan
penumbra bumi. Sehingga masih ada sebagian sinar matahari yang sampai ke
permukaan bulan.
c. Gerhana Bulan Penumbra Total
Pada gerhana ini, seluruh bagian bulan berada di
bagian penumbra. Sehingga bulan masih dapat terlihat dengan warna yang suram.
d.
Gerhana Bulan Penumbra
Sebagian
Gerhana ini terjadi jika hanya sebagian saja dari
bulan yang memasuki penumbra.
Gerhana
bulan penumbra biasanya tidak terlalu menarik bagi pengamat. Karena pada gerhana
bulan jenis ini, penampakan gerhana hampir-hampir tidak bisa dibedakan dengan
saat bulan purnama biasa.
D. Mitos-mitos keliru
seputar Gerhana
Kejadian gerhana matahari maupun bulan telah sering dialami
oleh manusia sejak jaman dahulu kala. Tentu saja, sejalan dengan perkembangan
intelektual dan ilmu pengetahuan yng dimiliki manusia, menyikapi terjadinya
gerhana pun beragam.
Pada
jaman dahulu, karena keterbatasan intelektual dan ilmu pengetahuan dan sejalan
dengan keyakinan primitif manusia yang mengkaitkan setiap gejala alam dengan
kekuatan-kekuatan supranatural, mitos-mitos dan keyakinan khurofat
seputar gerhana pun muncul, yang tentu saja dengan timbangan syariat dan
keyakinan agama hal ini bertentangan dengan aqidah yang benar.
Di
antara mitos-mitos yang muncul pada jaman dahulu, bahkan sebagian masih ada
yang mempercayainya hingga sekarang ini, terjadinya gerhana itu karena adanya
sesosok raksasa besar (batarakala) yang sedang berupaya menelan matahari. Nah,
agar raksasa itu memuntahkan kembali matahari yang ditelannya, maka
diperintahkan untuk menabuh berbagai alat, seperti kentongan, bedug, bambu atau
bunyi-bunyian lainnya.
Ada
juga yang meyakini bahwa matahari itu beredar seperti dibawa oleh sebuah
gerobak besar. Gerhana itu terjadi karena gerobak tersebut memasuki sebuah
terowongan dan kemudiankeluar lagi.
Sebagian
juga meyakini bahwa bulan dan matahari adalah sepasang kekasih, sehingga
apabila mereka berdekatan maka akan saling memadu kasih sehingga timbullah
gerhana sebagai bentuk percintaan mereka.
Bahkan, masih ada hingga kini yang meyakini bahwa bagi wanita yang sedang
hamil diharuskan bersembunyi di bawah tempat tidur atau bangku, agar bayi yang
dilahirkannya nanti tidak cacat (wajahnya hitam sebelah).
Dalam catatan sejarah Islam, orang-orang arab Quraisy mengaitkan peristiwa
gerhana dengan kejadian-kejadian tertentu, seperti adanya kematian atau
kelahiran, dan kepercayaan ini dipercaya secara turun temurun sehingga menjadi
keyakinan umum masyarakat. Dijaman Rasulullah, misalnya, pernah terjadi gerhana
matahari yang bersamaan dengan kematian putra Rasul SAW yang bernama Ibrahim.
Orang-orang pada saat itu menganggap terjadinya gerhana karena kematian putra
Nabi tersebut. Maka, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun membantah keyakinan
orang Arab tadi, seraya bersabda:
إِنَّ
الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ
فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا وَادْعُوا اللَّهَ
وَتَصَدَّقُو.......
“Sesungguhnya matahari dan
bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak
terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat gerhana
tersebut, maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan
bersedekahlah.”. (HR. Bukhari)
Hadits
tersebut diatas sekaligus menjadi tuntunan bagi kita bagaimana menyikapi
terjadinya Gerhana Matahari atau Bulan dalam kehidupan sesuai dengan syari’at
Islam.
E. Tuntunan
Syari’at Islam mengenai terjadinya Gerhana
Kejadian
gerhana, baik bulan maupun matahari, memang merupakan kejadian yang langka.
Bisa jadi dalam rentang waktu bertahun-tahun, tapi mungkin juga dalam satu
tahun yang sama..
Karena
kejadian yang langka ini, maka sebagiaan besar orang ingin menyaksikan fenomena
itu dengan berbagai cara. Ada yang mengamati dengan menggunakan camera foto
tertentu, kertas/plastik film atau ada juga yang menggunakan air sebagai
cerminnya.
Bagi
para ahli astronomi, pengamatan terjadinya gerhana biasanya menggunakan
teropong dan dilakukan di pusat astronomi, seperti di Boscha Lembang. Mereka
juga dapat menyiarkan langsung melalui media televisi kejadian tersebut ke
seluruh tempat di dunia. Jadi, kita tidak perlu repot-repot untuk menyaksikan
langsung. Melalui berita-berita pada sore atau malam hari, tayangan itu akan
kita dapatkan kembali.
Islam
sebagai ajaran yang lengkap tak luput juga menuntun kita untuk menyikapi
kejadian itu dengan tuntuan syariat yang akan lebih meningkatkan ketauhidan dan
aqidah islamiyah.
Pakar
bahasa Arab, memberi istilah berbeda pada gerhana matahari dan bulan. Gerhana
matahari mereka namakan dengan kusuf adalah artinya terhalangnya cahaya
matahari atau berkurangnya cahaya matahari disebabkan bulan yang terletak di
antara matahari dan bumi. Sedangkan khusuf sebutan untuk gerhana bulan.
Namun,
ada pula yang berpendapat bahwa jika kusuf dan khusuf tidak disebut
berbarengan, maka itu bermakna satu yaitu gerhana matahari atau gerhana bulan.
Namun kalau kusuf dan khusuf disebut berbarengan, maka kusuf bermakna gerhana
matahari, sedangkan khusuf bermakna gerhana bulan.
Dalam
beberapa hadits, kadang menggunakan kata khusuf, namun yang dimaksudkan adalah
gerhana matahari atau gerhana bulan karena khusuf pada saat itu disebutkan
tidak berbarengan dengan kusuf.
Islam
mengajarkan kepada umatnya kalau terjadi gerhana harus melakukan shalat gerhana,sebagaimana
Sabda Rasulullas SAW:
…فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا
اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
“Apabila kalian
melihat hal itu, maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, shalatlah, dan
bershodaqohlah”. ( HR.Bukhari )
F. Shalat Gerhana
Islam mengajarkan umatnya untuk melakukan shalat apabila mereka menyaksikan
peristiwa gerhana,baik gerhana matahari maupun gerhana bulan sebagaimana yang
disyari’atkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Para Ulama menyimpulkan bahwa hukum shalat gerhana adalah sunah.Imam
Nawawi dan Ibnu Hajar menyatakan bahwa sunahnya shalat gerhana merupakan
ijma Ulama.
Di sisi lain,karena kaum muslimin jarang yang mengenal dan melaksanakan
shalat gerhana,maka dengan melakukanya maka dia akan mendaapatkan keutamaan
orang yang menghidupkan sunah.
G. Hukum Shalat Gerhana
Mayoritas
ulama berpendapat bahwa hukum shalat gerhana matahari adalah sunnah mu’akkad
(sunnah yang sangat ditekankan). Namun, menurut Imam Abu Hanifah, shalat
gerhana dihukumi wajib. Imam Malik sendiri menyamakan shalat gerhana dengan
shalat Jum’at. Kalau kita timbang-timbang, ternyata para ulama yang menilai
wajib memiliki dalil yang kuat. Karena dari hadits-hadits yang menceritakan
mengenai shalat gerhana mengandung kata perintah (jika kalian melihat gerhana
tersebut, shalatlah: kalimat ini mengandung perintah). Mereka berpendapat bahwa
menurut kaedah ushul fiqih, hukum asal perintah adalah wajib. Pendapat yang
menyatakan wajib inilah yang dipilih oleh Asy Syaukani, Shodiq Khoon, dan
Syaikh Al Albani rahimahumullah. Dalilnya adalah:
فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا
اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا .........
“Jika kalian melihat kedua
gerhana yaitu gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan shalat.” (HR.
Bukhari)
H. Adab-adab
Shalat Gerhana
Adapun
adab-adab Shalat gerhana adalah sebagai berikut:
1.
Menghadirkan rasa takut kepada Allah saat terjadinya
gerhana bulan dan matahari
2.
Mengingat apa yang pernah disaksikan Nabi Muhammad dalam
Shalat Kusuf
3.
Menyeru dengan panggilan “ Asshalatu Jami’an “
4.
Disunahkan mengeraskan bacaan surat
5.
Shalat gerhana dilakukan di Mesjid secara berjamaah
6.
Wanita boleh ikut shalat berjamaah dibelakang barisan
laki-laki
7.
Disunahkan memanjangkan bacaan surat
8.
Disunahkan menyampaikan khutbah setelah selesai shalat
I. Waktu
Pelaksanaan Shalat Gerhana
Waktu pelaksanaan shalat gerhana berlaku ketika proses gerhana mulai
terjadi hingga gerhana selesai.Jika ketika shalat gerhananya selesai,maka
lanjutkan halat dengan mempercepat shalatnya.Jika selesai shalat gerhana,dan
proses gerhana masih berlangsung,tidak perlu melanjutkan shalat lagi,cukup
membaca do’a dan istigfar yang banyak.Jika tidak sempat shalat saat terjadi
gerhana maka tidak disunahkan melakukan qada atasnya.
J.
Hal-hal yang dianjurkan ketika terjadi Gerhana
a. Perbanyaklah dzikir, istighfar,
takbir, sedekah dan bentuk ketaatan lainnya
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya matahari dan bulan
adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak
terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal
tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan
bersedekahlah.”
(HR. Bukhari)
b. Keluar mengerjakan shalat
gerhana secara berjama’ah di masjid
Salah satu dalil yang menunjukkan
hal ini sebagaimana dalam hadits dari ‘Aisyah : bahwasanya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengendari kendaraan di pagi hari lalu terjadilah gerhana.
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati kamar istrinya (yang dekat
dengan masjid), lalu beliau berdiri dan menunaikan shalat. (HR.
Bukhari).
c. Wanita juga boleh shalat gerhana
bersama kaum pria
Dari
Asma` binti Abi Bakr, beliau berkata:
“Saya mendatangi Aisyah radhiyallahu
‘anha -isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika terjadi gerhana
matahari. Saat itu manusia tengah menegakkan shalat. Ketika Aisyah turut
berdiri untuk melakukan sholat, saya bertanya: ‘Kenapa orang-orang ini?’ Aisyah
mengisyaratkan tangannya ke langit seraya berkata, ‘Subhanallah (Maha Suci
Allah).’ Saya bertanya: ‘Tanda (gerhana)?’ Aisyah lalu memberikan isyarat untuk
mengatakan iya.”
(HR. Bukhari)
d. Menyeru
jama’ah dengan panggilan “ash sholatu jaami’ah” dan tidak ada adzan maupun
iqomah.
Dari
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
“Aisyah radhiyallahu ‘anha
menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi
gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil jama’ah
dengan: ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah).
Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan
empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.” (HR. Muslim).
e. Berkhutbah setelah shalat gerhana
Disunnahkah
setelah shalat gerhana untuk berkhutbah.Khutbah yang dilakukan adalah sekali
sebagaimana shalat ‘ied, bukan dua kali khutbah. Inilah pendapat yang benar
sebagaimana dipilih oleh Imam Asy Syafi’i.
K. Hikmah dibalik peristiwa Gerhana
Banyak cerita khurafat dan tahyul beredar di masyarakat
seputar terjadinya gerhana.Namun syari’at Islam telah mnyatakan dengan tegas
nilai-nilai yang terkandung dibalik terjadinya peristiwa tersebut.Diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Munculnya Syari’at baru yaitu Shalat Gerhana
Rosulullah SAW Bersabda:
فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا
اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا .........
“Jika kalian melihat kedua
gerhana yaitu gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan shalat.” (HR.
Bukhari)
b. Menunjukan salah satu keagungan dan kekuasaan Allah SWT
yang maha mengatur alam ini
c. Untuk menimbulkan rasa gentar di hati setiap hamba atas
kebesaran Allah SWT dan adzabnya bagi siapa yang tidak taat kepadanya
Rosulullah SAW Bersabda:
إِنَّ
الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ
فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا وَادْعُوا اللَّهَ
وَتَصَدَّقُو.......
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua
tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena
kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat gerhana tersebut, maka
berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”. (HR. Bukhari)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Fenomena
kejadian gerhana merupakan bukti kebesaran Allah yang ditunjukkan kepada
makhluk-Nya untuk dijadikan bahan tafakkur. Gerhana sering juga disebut sebagai
gejala alam yangbisa diprediksi kapan kejadiannya. Namun, semua itu adalah
kehendak Allah. Bagi Dia bisa saja andaikata tidak mengembalikan posisi bulan
dan matahari sebagaimana sebelumnya. Jika hal ini terjadi tentu akan datang
bencana yang hebat di muka bumi ini, karena selamanya matahari, yang menjadi
sumber kehidupan bagi makhluk di bumi ini, akan terhalang oleh bulan dan kita
akan mengalami seperti malam yang sangat panjang. Inilah mungkin yang disebut Kiamat.
Oleh
karena itu, sikap yang tepat ketika fenomena gerhana ini adalah takut dan
khawatir namun tetap berpengharapan kepada Allah. Jangan mengikuti kebiasaan
orang-orang yang hanya ingin menyaksikan peristiwa gerhana dengan membuat album
kenangan fenomena tersebut, tanpa mau mengindahkan tuntunan dan ajakan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu. Siapa tahu peristiwa ini adalah tanda
datangnya bencana atau adzab, atau tanda semakin dekatnya hari kiamat.
Mari
kita renungkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini :
عَنْ
الْمُغِيرَةِ بْنِ يَوْمَ شُعْبَةَ قَالَ: كَسَفَتْ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ
رَسُولِ اللَّهِ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ
فَقَالَ النَّاسُ: كَسَفَتْ الشَّمْسُ لِمَوْتِ
إِبْرَاهِيمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ
يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا
وَادْعُوا اللَّهَ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
lantas bersabda, “Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang
ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau
hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti
hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka
bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah.” (HR. Muslim)
B.
Saran
1. Kepada seluruh umat Islam hendaklah jangan percaya terhadap khurafat dan tahayul yang terjadi seputar gerhana.
2. Kepada seluruh remaja Islam hendaklah meyakini dan mempercayai bahwa terjadinya gerhana itu bukanlah
karena kematian seseorang tetapi merupakan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar