BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di dalam Al Qur’an didapatkan kesimpulan yang cukup
besar peluang kebenarannya, bahwa sebenarnya seluruh kejadian di alam semesta
ini sudah terjadi dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan konsep yang
sudah tertera di dalam Al Qur’an. Gambaran jelasnya, bahwa semua proses alam
semesta ini mengikuti dan mengekor pada segala yang tertuang dalam Al Qur’an,
apakah diketahui atau tidak tabir rahasianya oleh manusia.
Dengan kata lain, kejadian dunia ini adalah sebagai
“cermin manifestasi” dan “kenyataan lahir” dari rencana Allah yang sebenarnya
sudah diberitahukan kepada manusia lewat Al Qur’an, sebelum kejadian tersebut
terjadi, dengan tidak ada tekanan apakah manusia mau atau tidak memahaminya
guna mendapatkan takwil isyarat-Nya.
Al Qur’an diturunkan bukan hanya kepada umat Islam,
tetapi sebagai mediator menyampaikan pesan Tuhan Pencipta Alam kepada semua
makhluk-Nya. Al Qur’an yang sedemikian sempurna ini memberi kabar dan cerita
semua kejadian di alam semesta ini.
Kemukjizatan Al-Qur'an ditandai dengan
keorisinilannya sejak diturunkan . Kitab suci ini juga tidak dapat ditandingi
oleh siapa pun di dunia ini hingga akhir zaman. Ia tidak akan lekang dimakan
pergeseran masa dan dapat diuji dari sudut mana pun juga. Sekarang pun, saat
ilmu pengetahuan berkembang pesat, ternyata Al-Qur'an sanggup menjawab
tantangan sains modern.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka kami
tertarik untuk memaparkan tentang konsep alam, yang didalamnya membahas tentang pengertian alam,
penciptaan alam semesta, karakteristik intgral alam semesta dan tujuan
penciptaan alam semesta, mekanisme alam semesta serta hubungan manusia dengan
alam semesta.
B.
Rumusan
masalah
Dalam penulisan makalah ini barikut kami cantumkan
rumusan masalah, diantaranya:
1.
Apa
yang dimaksud dengan alam?
2.
Bagaimanakah
proses kejadian alam semesta?
3.
Apa
saja karakteristik integral dari alam semesta?
4.
Apakah
tujuannya alam diciptakan?
5.
Bagaimanakah
mekanisme alam yang sebenarnya?
6.
Bagaimanakah
hubungannya antara manusia dengan alam semesta?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Alam Semesta
1. Pengertian Alam
Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh
manusia di dunia ini selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam dapat
dibedakan mrnjadi beberapa jenis, diantaranya adalah alam ghoib dan alam
syahadah. Alam syahadah dalam istilah Inggris disebut universe yang artinya seluruhnya,
yang dalam bahasa sehari-hari disebut sebagai alam semesta.
Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak
dan perhatian Allah. Allah menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang
teratur dalam aspek biologi, fisika, kimia, dan geologi beserta semua kaidah
sains.
Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah segala sesuatu
yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan
system yang unik dan misterius. Alam syahadah atau alam materi sering juga
disebut dengan alam fisik karena alam syahadah merupakan alam yang dapat
dicapai oleh indera manusia baik dengan menggunakan alat atau tidak, berbeda
dengan alam ghoib yang tidak dapat tercapai oleh indera.
Alam syahadah dapat dibedakan menjadi alam raya (makrokosmos)
dan alam zarrah (mikrokosmos). Dan dapat pula dibedakan menjadi alam nabati,
hewani, dan insani Al Quran menggambarkan alam semesta laksana sebuah kitab
yang disusun oleh satu wujud yang arif, yang setiap baris dan katanya merupakan
tanda kearifan penulisnya.
Menurut Naquib Al-attas dalam bukunya ia menyatakan,
“Sebenarnya orang-orang Islam belum sadar tentang apa yang disebut metafisika,
padahal itu adalah suatu kewajiban bagi kita untuk memahaminnya sebab pandangan
mengenai hakikat dan alam terangkum dalam suatu kerangka metafisik. Kalau kita
tidak memahami kerangka metafisik kita sendiri, tentu kita akan keliru dan
terperosok ke dalam pandangan mengenai alam dan hakikat yang berbeda, dan yang
lain, dan yang tidak sesuai dengan jiwa kita, bahkan yang tidak benar. Oleh
karena itu, penting bagi kita untuk memahami apa yang disebut metafisika dalam
bingkai Islam.”
Mengenai Metafisika Islam itu sendiri, menurut
beliau, adalah sangat penting bagi umat Islam untuk memahaminya karena sebuah
pandangan hidup (Worldview/Weltanschauung) setiap peradaban pastilah terpancar
dari dalam sistem metafisik tertentu demikian juga yang terjadi pada masyarakat
Barat.
Tidak ada satu pun pandangan hidup yang muncul
dengan sendirinya melainkan dari sebuah sistem metafisik tertentu. Karena
itulah, ini adalah suatu hal yang penting bagi umat Islam untuk memiliki
pemahamannya sendiri berkaitan dengan apa yang disebut dengan ‘sistem
metafisik’.
Prof. al-Attas mengungkapkan bahwa para ulama’ di
kebanyakan negara Muslim ketika membicarakan tentang worldview, banyak
berbicara hanya tentang pandangan terhadap dunia ini. Menurutny, mereka telah
mensekulerkan pemahaman mereka sendiri akan arti 'worldview' yang sebenarnya.
Mereka mengira bahwa hidup ini adalah dengan melihat dunia ini.Tetapi bagi umat
Islam, khususnya yang cerdas, mereka tahu bahwa kata dunia tidak dipahami
sebagai terpisah dari kata akhirat, sebagaimana Islam dan al Quran
memandangnya.
Karena itu, ketika kita berbicara tentang worldview,
kita tidak bermaksud melihat dunia ini. Yang kita maksudkan adalah pandangan
akan kenyataan dan kebenaran sekaligus, serta pandangan mengenai keberadaan
atau wujud, karena pandangan hidup dalam Islam berbicara tentang keberadaan
secara keseluruhan, tidak hanya wujud di dunia ini, tetapi tentang dunia dari
mana kita berasal dan tentang dunia ke mana kita menuju. Jadi, jika umat Islam
tidak mengambil pelajaran dari ini, Prof. al-Attas mengatakan bahwa mereka
pasti akan sesat dalam memandang sesuatu, yaitu dalam hal keimanan serta agama;
dan perkara ini harus diakui sedang berlangsung di masyarakat kita.
Sistem metafisik adalah tentang sesuatu
yang ada di pikiran.Jadi, yang dimaksudkan oleh Prof. al-Attas ketika
membicarakan pembahasan ini permulaannya adalah dari dalam pikiran manusia.
Tidak diragukan lagi, ada sebagian teknokrat, menurut pandangan beliau, yang
berpikir bahwa segala yang bersifat pragmatis adalah hanya yang berurusan
dengan apa yang di luar pikiran (bersifat fisik). Mereka berpikir bahwa hal-hal
yang ada dalam pikiran adalah tidak penting.Mereka salah karena setiap hal yang
beersifat praktis berasal dari dalam pikiran. Dengan kata lain, pikiran adalah
sumber dari hal-hal yang bersifat fisik ini dan setiap orang harus mengetahui
apa yang berlaku dalam pikirannya.
2. Penciptaan Alam Semesta
a.
Menurut Teori Big Bang
Alam semesta telah diciptakan sekitar
15 miliar tahun yang lalu. Tidak seorangpun tahu kenapa, mengapa, dan bagaimana
alam semesta ini terbentuk. Akan tetapi, dari beberapa penelitian yang memakan
waktu yang lama, bermunculanlah berbagai teori penciptaan alam semesta. Pada
abad ke 19, banyak orang mempercayai teori alam semesta yang tetap. Teori ini
mengatakan bahwa alam semesta tidak memiliki permulaan, dengan kata lain alam
semesta ini telah ada sejak dahulu kala dan tidak berubah (statis). Teori ini
muncul dari kalangan materialis yang tidak percaya tentang penciptaan.
Kemudian, pada abad 20 muncul suatu
teori baru tentang penciptaan alam semesta, yaitu teori Big Bang. Teori ini
mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Pada teori ini, dikatakan
bahwa alam semesta terbentuk karena sebuah ledakan besar yang disebut Big Bang.
Teori Big Bang merupakan kebalikan dari teori alam semesta yang tetap. Teori
Big bang menyatakan bahwa alam semesta terbentuk oleh suatu ledakan besar.
Pernyataan ini mengindikasikan bahwa terdapat permulaan pada alam semesta.
Banyak orang yang menganut paham materialis yang tidak percaya dan menyanggah
teori ini.
Akan tetapi, tidak lama setelah teori
ini muncul, banyak bukti -bukti yang ditemukan membenarkan teori ini seperti
ditemukannya sisa-sisa gema radiasi dentuman dari ledakan tersebut. Sungguh
menakjubkan karena sisa-sisa gema dentuman tersebut masih ada meskipun
proses-proses pendinginan dari dentuman besar tersebut telah berlangsung selama
15 miliar tahun. Sisa-sisa radiasi gema tersebut dapat ditemukan pada suhu 5
kelvin. Kemudian teori Big Bang pun diterima oleh berbagai kalangan di seluruh
dunia.
b.
Menurut Al Quran
Menurut pandangan Al Quran, penciptaan
alam semesta dapat dilihat pada surat Al Anbiya ayat 30.
“Dan apakah orang-orang yang kafir
tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu
yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Menurut ayat di atas dikatakan bahwa
langit dan bumi dahulunya merupakan satu kesatuan yang padu.
“Kemudian Dia menuju langit dan
langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi,
“ Datanglah kamu keduanya menuruti perintah-Ku dengan suka hati atau
terpaksa”. Keduanya menjawab, “Kami datang dengan suka hati”
“ Maka Dia menjadikannya 7
langit dalam 2 masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan
Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya`” ( Fushshilat 11-12)
Surat ini menerangkan bahwa yang
pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-bintang dan galaksi, adalah
bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject utama penciptaan
alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan
bintang-bintang dalam enam masa. Seperti diterangkan dalam Surat Al A’raf ayat
54, alam semesta ini diciptakan selama 6 masa.
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
Bumi sebelumnya adalah planet yang
mati dan Allah menghidupkannya dengan menu-runkan air dari langit.
“ Dan Allah menurunkan dari langit air dan dengan air
itu dihidupkannya bumi sesudah matinya.”. (QS`An Nahl ; 65).
Pertanyaannya adalah darimana air ini berasal ? Padahal waktu itu belum ada
awan yang bisa menghasilkan hujan, belum ada langit yang bisa menahan uap air.
Maka satu-satunya kemungkinan asal air adalah dari Arasynya Allah.
“ Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu
ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami
benar-benar kuasa menghilangkannya.”( QS Al- Mu’minun ; 18 )
Perhatikan kalimat “lalu Kami
jadikan air itu menetap di bumi” , ini menerangkan bahwa air bukanlah
pemukim asli bumi tetapi pendatang (alien).
“ ……….Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup,
Maka mengapakah mereka tiada juga beriman “ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
“ …. Maka Kami tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis
tumbuhan yang bermacam-macam “ ( QS Tha Ha ; 53)
“ Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air
… (QS An Nur ; 45).
Ketiga ayat tersebut makin menjelaskan
kepada kita bahwa setelah air diturunkan ke bumi, maka sebelum Allah
ciptakan hewan , tentunya yang terlebih dahulu Allah cipakan adalah
tumbuh-tumbuhan sebagai cadangan makanan hewan. Kemudian hewan-hewan ada juga
yang menjadi cadangan makanan untuk hewan-hewan predator. Semua jenis hewan,
baik burung maupun hewan darat, ternyata menurut ilmu pengetahuan memang
asal-usulnya dari hewan air.
Misteri berikutnya adalah dikatakan
dalam Al Qur’an bahwa langit dan bumi dulunya adalah suatu yang padu. Jadi
bukan bumi dan bintang-bintang yang dulunya sesuatu yang padu.
“ ………bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah
suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya……”( QS. Al-Anbiya
;30 ).
Selanjutnya Allah
swt katakan menciptakan langit dari asap (lihat kembali surat Al Fushilat ayat
11). Bumi, sebelum Allah swt hidupkan dengan menurunkan air dari langit, pada
mulanya adalah sebuah bola api yang sangat panas. Ilmu pengetahuanpun mengakui
hal tersebut. Tetapi tanpa perlu pembuktian, kita tahu bahwa perut bumi masih mengandung
lumpur dan lahar yang sangat panas sampai saat ini. Sebuah benda yang panas,
seperti sebatang besi yang membara misalnya, apabila disiram air akan
menyebabkan munculnya asap dan uap air. Demikian juga dengan bola panas bumi
pada waktu air diturunkan maka dia mengeluarkan asap dan uap air. Apa bedanya
asap dengan uap air ? Asap bersifat adhesive (mengikat) sedangkan uap bersifat
kohesip (tidak mengikat). Asap dari bumi inilah yang kemudian Allah swt
ciptakan menjadi langit yang tujuh lapis. Kemudian dalam tempurung langit yang
pertama Allah ciptakan bintang-bintang. Darimana Allah swt ciptakan
bintang-bintang. Wallahu a’lam, tidak ada penjelasan dalam Al Qur’an. Allah swt
Kuasa menciptakan segala sesuatunya dari yang tiada menjadi ada.
B.
Karakteristik Integral Alam Semesta
a.
Terbatas, segala sesuatu
yang dapat tertangkap oleh indera, ruang dan waktunya terbatas.
b.
Berubah, segala sesuatu
berubah tidak tahan lama, segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh indera,
keadaannya tidak akan berhenti, kalau tidak berkembang, ya rusak.
c.
Ditentukan.
d.
Bergantung.
e.
Relative.
C.
Tujuan Penciptaan Alam
Pada hakekatnya segala sesuatu yang
tercipta, benda hidup maupun mati, nyata ataupun tidak, semuanya adalah milik
Allah semata yang pada akhirnya semuanya akan kembali kepada-Nya. Baik secara
suka atau terpaksa, segala alam yang ada itu menjadi tunduk dan patuh pada
hukum dan ketetapan Allah.
Hanya karena sifat kasih dan sayang dari
Allah maka manusia yangi ciptakan adalah diberi tugas sebagai kholifah di bumi
ini bertugas untuk megelola, membudayakan, memanfaatkan dan melestarikan alam.
Tugas tersebut diberikan kepada manusia karena Allah menciptakn manusia sebagai
makhluk yang terbaik, seperti yang disebutkan dalam surat At Tiin ayat 4.
Manusia di dalam kehidupannya di dunia dibekali oleh Allah dengan potensi
dasar. Potensi dasar itu dapat nampak dan dilihat dalam jiwa, raga, tubuh, dan
ruh.
Dari potensi dasar manusia yang berupa
akal yang bias melahirkan daya berfikir dan daya nalar, akhirnya manusia dapat
menundukkan, menguasai, dan memanfaatkan alam. Dengan akal itu pula manusia
dapat mengamati, meneliti, menganalisis gejala-gejala alam yang timbul, dan
menguasai rahasia-rahasianya. Sehingga pada puncak penelitian dan penemuannya
itu, akan wujud dan keagungan Allah sebagai penciptanya.
Dengan demikian, tujuan
alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan dihancurkan. Akan
tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan. Tujuan alam
diciptakan juga bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai
pertolongan. Akan tetapi adalah untuk dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan
dalam kehidupan. Pada akhirnya alam diciptakan hanya sebagai fasilitas semata
bagi manusia untuk mengenal dan lebih mendekatkan diri pada Allah.
D.
Mekanisme
Alam (Sunnatullah)
Mekanisme alam atau sunnatullah adalah
suatu ketentuan yang telah ditetapkan Allah demi keteraturan, keserasian, dan
keharmonisan alam jagat raya ini serta kesejahteraan manusia yang hidup di
dunia ini. Atau dengan kata lain, sunnatullah dapat diartikan sebagai
hukum-hukum Allah yang berlaku di alam raya ini atau biasa disebut sebagai
hukum alam. Hukum-hukum Allah diantaranya ada hukum yang berkaitan dengan alam
raya dan ada pula hukum yang berkaitan dengan manusia. Kalau hukum Allah yang
berlaku bagi manusia dalam kehidupan bermasyarakat, disebut sunnatullah, kalau
hukum yang berlaku antara manusia dengan alam disebut dengan takdir.
Ada tiga
sifat utama sunnatullah yang diterangkan dalam Al Qur’an, yaitu:
1.
Exact (pasti) dalam surat
Al Furqan : 2, At Tholaq : 3,
2.
Immutable, dalam surat Al
Israa : 77, Al An’am : 115,
3.
Objective, dalam surat Al
Anbiya : 105.
Segala sesuatu yang ada di alam
semesta ini adalah ciptaan Allah, maka segala sesuatu yang ada di alam ini
Allah yang mengatur semuanya dan Allah juga yang berkehendak untuk menetapkan
semua yang ada di alam semesta ini. Sunnah/ketetapan Allah antara lain sebagai
berikut :
1.
Selalu ada dua kondisi
saling ekstrim (surga-neraka, baik-buruk, benar-salah)
2.
Segala sesuatu diciptakan
saling berpasangan, saling cocok atupun saling bertolakan
3.
Selalu terjadi pergantian
dan perubahan dari suatu kondisi yang saling berbeda
4.
Perubahan, penciptaan,
maupun penghancuran selalu melewati suatu proses
5.
Alam diciptakn dengan
keteraturan
6.
Alam diciptakan dalam
keadaan seimbang
7.
Alam diciptakan terus
berkembang
8.
Setiap terjadi kerusakn di
alam manusia, Allah mengutus seseorang untuk memberi peringatan atau
memperbaiki kerusakan tersebut.
Pada intinya, Allah
menciptakan alm semesta beserta isinya dilengkapi dengan hukum-hukum
(sunnatullah). Dan jika hukum-hukum tersebut dilanggar, maka alam akan hancur.
Itulah hakikat sunnatullah yang telah ditentukan oleh Dzat Yang Maha Tinggi
sebagai Sang Pencipta, Pengatur dan tempat kembali seluruh alam.
E.
Hubungan Manusia
Dengan Alam Semesta
1.
Hubungan Historis
Asal usul manusia dikaitkan dengan
keberadaan alam semesta ini dilandaskan pada adanya persamaan bentuk morfologis
dan fisiologis (dan alas an yang bersifat ideologis). Pada abad ke 19 muncul
suatu pemahaman asal usul manusia yang dikaitkan dengan primata. Penciptaan
manusia pada awal kehidupan dari
Ramapithecus-oseopithecus-Australopithecus-Pitecanthropus
Erectus-Neandertal-Homo Sapien yang kini dikenal sebagai manusia modern seperti
sekarang ini. Dari evolusi awal terciptanya manusia yang rumit inilah ada
hubungan historis/sejarah antara manusia dan alam semesta.
Kerumitan yang ada pada persoalan asal
usul manusia hamper sama dengan kerumitan asal usul alam semesta. Apalagi jika
dihubungkan bahwa evolusi manusia dahulu sampai sekarang sesungguhnya menyangkut
perubahan gejala-gejala jagat raya/alam meliputi tingkah laku, unsure, atom,
dan elemen. Dari hal itulah terdapat hubungan historis antara manusia dan alam
semesta.
2.
Hubungan Fungsional
Proses penciptaan manusia adalah
integral dari alam semesta. Dalam sisitem kosmos, manusia dan alam semesta
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karena memiliki keunggulan dalam
system kesadaran, maka alam semesta menjadi obyek yang penting dalam kehidupan
manusia. Seiring dengan kemajuan pengetahuan terhadap alam dan teknologi yang
diterapkannya, menempatkan alam semesta dalam posisi sebagai sumber kehidupan
yang tidak terbatas bagi manusia. Maka wajarlah jika semakin dalam pengetahuan
semakin teraasa hubungan antara fungsi manusia dan fungsi alam.
Salah satu teori yang menunjukkan
hubungan antara manusia dengan alam adalah teori anthroposentris yang
menyebutkan bahwa manusia menjadi pusat alam. Maksudnya semua yang ada di alam
adalah untuk manusia, seperti firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah ayat 29 yang
artinya : “Dan Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu.”
Menurut pandangan Islam, manusia
ditempatkan sebagai rahmat bagi alam. Seperti disebutkan dalm Q.S. Al Anbiya
ayat 107 yang artinya : ”Dan tiadalah kami mengutus kamu melainkan sebagai
rahmat seluruh alam.”
Pada intinya, alam dan manusia saling
bergantung, alam menyediakan segala sesuatu yang manusia butuhkan, dan alam
membutuhkan manusia untuk menjaga kelestariannya. Alam diciptakan oleh Allah
sebagai objek untuk mengembangkan potensi dan pengetahuan yang dimiliki manusia
agar mereka bisa berkembang dan memakmurkan alam, dan mengetahui tanda-tanda
kebesaran penciptanya, yaitu Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Alam semesta ialah sesuatu yang ada atau yang
dianggap ada yang
nampak terlihat oleh manusia di dunia ini selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya, yang merupakan suatu kesatuan system yang unik dan misterius. Alam ini dibagi menjadi
beberapa bagian, diantaranya alam ghaib dan alam syahadah.
Penciptaan alam semesta menurut teori big
bang bahwa alam semesta ini memiliki permulaan. Pada teori ini, dikatakan bahwa
alam semesta terbentuk karena sebuah ledakan besar. Adapun menurut
pandangan al-Quran yang tercantum dalam surat Fushilat ayat 30 bahwasannya
langit dan bumi merupakan suatu kesatuan, kemudian antara keduanya dipisahkan.
Dan diciptakannya semua makhluk hidup dari air.
Alam semesta memiliki karakteristik
integral, diantaranya terbatas, berubah, ditentukan, bergantung dan relative.
Tujuan
alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan dihancurkan. Akan
tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan. Tujuan alam
diciptakan juga bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai
pertolongan. Akan tetapi adalah untuk dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan
dalam kehidupan. Pada akhirnya alam diciptakan hanya sebagai fasilitas semata
bagi manusia untuk mengenal dan lebih mendekatkan diri pada Allah.
Mekanisme
Alam (Sunnatullah) adalah ketentuan-ketentuan Allah sebagai hukum yang mengatur
alam semesta ini beserta isinya. Allah menciptakan alm semesta beserta isinya
dilengkapi dengan hukum-hukum (sunnatullah). Dan jika hukum-hukum tersebut
dilanggar, maka alam akan hancur. Itulah hakikat sunnatullah yang telah ditentukan
oleh Dzat Yang Maha Tinggi sebagai Sang Pencipta, Pengatur dan tempat kembali
seluruh alam.
Hubungan histories manusia dan alam semesta adalah
terletak pada kerumitan proses permulaan keduanya ada di dunia ini. Alam dan
manusia saling bergantung, alam menyediakan segala sesuatu yang manusia
butuhkan, dan alam membutuhkan manusia untuk menjaga kelestariannya. Alam
diciptakan oleh Allah sebagai objek untuk mengembangkan potensi dan pengetahuan
yang dimiliki manusia agar mereka bisa berkembang dan memakmurkan alam, dan
mengetahui tanda-tanda kebesaran penciptanya, yaitu Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
1. DEPAG RI. 2000. Buku Teks Pendidikan Agama
Islam pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta : PT Bulan Bintang.
2. DEPAG RI. 2001. Pendidikan Agama Islam Pada
Perguruan Tinggi Umum. Jakarta : Direktorat Perguruan Tinggi Agama
Islam, DEPAG.
Endratno, Hemin. 2005. Diklat Ajar Studi Islam 3.
Endratno, Hemin. 2005. Diklat Ajar Studi Islam 3.
3. http//melyme-agama.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar