BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
لقد خلقنا الإنسا ن فى أحسن تقويم
“
Sesungguhnya Kami telahmenciptakanmanusiadalambentuk yang sebaik-baiknya.”(Qs At-tin 95 : 04)
Manusiamerupakanmahluk
yang paling sempurna
di mukabumiini dibandingkan dengan yang lainnya, karenahanyamanusialah yang Allah
bekaliakal.Dengan akal manusia dapat mengadakan perubahan-perubahan
di muka bumi ini, inovasi-inovasi yang baru terus bermunculan dari waktu ke
waktu karena perkembangan akal manusia.
Setiap hari kita bertemu dengan banyak sekali
orang-orang. Dari sekian banyaknya orang, kita menemukan begitu banyaknya
perbedaan-perbedaan antara mereka. Ada orang yang mudah beradaptasi dengan
lingkungannya, adapula yang sukar beradaptasi dengan lingkungannya. Itulah yang
dimaksud dengan intellegensi. Karena kemampuan berfikir atau kecerdasan dalam
psikologi disebut dengan intellegensi. Kemampuan ini bersifat umum dalam
mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah.
Inilah kelebihan yang dimiliki oleh manusia yaitu akal
yang digunakan untuk berfikir. Hanya manusialah yang Allah ciptakan
sebaik-baiknya dengan akalnya. Namun tidaklah sama intellegensi seseorang itu
dengan yang lainnya dikarenakan adanya
beberapa faktor yang memengaruhi kualitas intellegensi seseorang.
Dengan demikian, tentunya kita sangat perlu untuk
mengetahui serta memahami apa yang dimaksud dengan intellegensi dan hal-hal
yang berkaitan dengannya. Maka di sini penulis akan mencoba memaparkan makalah
dengan mengambil judul “Optimalisasi Perkembangan Intelligensi, Multiple
Intelligensi dan Bakat Anak “
B.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang penulis ambil
dalam makalah ini adalah :
1.
Apa yang dimaksud dengan intelligensi
dan bakat ?
2.
Apakah perbedaan dan hubungan antara
intelligensi dan bakat?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui dan memahami apa yang
dimaksud dengan intellegensi dan bakat.
2.
Untuk mengetahui dan memahami apa
perbedaan dan hubugan antara intelligensi dan bakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Intelligensi dan Bakat
Meskipun semua orang tahu apa
kira-kira yang dimaksud dengan intellegensi atau kecerdasan itu, namun ternyata
sangat sulit sekali untuk mendefinisikan konsep ini secara tepat. Berikut
beberapa definisi intelligensi, diantaranya:
-
E.
L. Edward Thorndike (tokoh psikolog koneksionisme) mendefinisikan intellegensi
sebagai suatu kemampuan individu yang memberikan respon baik terhadap stimulus
yang diterimanya.[1]
-
Anita
E. Woolfolk mengemukakan bahwa menurut teori-teori lama, intellegensi itu
meliputi tiga pengertian, yaitu (1) kemampuan untuk belajar; (2) keseluruhan
pengetahuan yang diperoleh; (3) kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil
dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Selanjutnya Woolfolk
mengemukakan bahwa intellegensi itu merupakan satu atau beberapa kemampuan
untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah
dan beradaptasi dengan lingkungan.[2]
-
Alfred Binet,
seorangtokohutamaperintispengukuranintellegensibersama Theodore
simonmendefinisikanintelegensiatastigakomponenyaitu (a)
kemampuanuntukmengarahkanfikiranataumengarahkantindakan; (b)
kemampuanuntukmengubaharahtindakanbilatindakantersebuttelahdilaksanakandan (c)
kemampuanuntukmengkritikdirisendiriataumelakukanautocriticism.
-
David Wechsler
penciptaskala-skalaintellegensi yang populersampaisaatini, mendefinisikanintellegensisebagaikumpulanatautotalitaskemampuanseseoranguntukbertindakdalamtujuantertentu,
berfikirsecararasional, sertamengahadapilingkungannyadenganefektif.
Dengan demikian, intellegensi juga
dapat merupakan kemampuan untuk mengelola lebih jauh lagi atas hal-hal yang
kita amati. Kemampuan itu terdiri atas dua jenis, yaitu kemampuan umum dan
kemampuan khusus.
Kemampuan khusus adalah kemampuan dalam
bidang-bidang tertentu. L. Thurstone (1887-1955), seorang pakar psikometri
(ilmu tentang pengukuran psikologi), dengan teknik statistik yang dinamakan
“Analisis Faktor” menemukan tujuh kemampuan mental dasar (primary mental abilities), yaitu pemahaman
lisan (verbal comprehension), kepasihan kata-kata (word fluensi), kemampuan
angka-angka (number pasility), penglihatan ruang (spatial visualization),
ingatan asosiatif (associative memory), kecepatan persepsi (perceptual speed),
dan penalaran (reasoning)[3]
Di samping kemampuan khusus, terdapat
kemampuan umum. Kemampuan umum ini mendasari kemampuan-kemampuan khusus,
tetapi, ia bukan merupakan kumpulan,
gabungan atau penjumlahan kemampuan-kemampuan khusus belaka, melainkan
merupakan kualitas tersendiri dua orang yang sama cerdasnya, dapat menjadi ahli
dalam dua bidang yang berbeda, misalnya yang seorang menjadi ahli ilmu pasti
dan yang lain menjadi ahli bahasa. Hal
tersebut sangat dipengaruhi oleh pengalaman, minat, dan kesempatan pada
tiap-tiap orang itu. Jadi, dua orang yang kemampuan umumnya kira-kira setaraf
dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan khusus yang berbeda.
Adapun Bakatadalah sebuah sifat
dasar, kepandaian dan pembawaan yang dibawa sejak lahir, misalnya menulis Ada
juga kata “bakat yang terpendam”, artinya bakat alami yang dibawa sejak lahir
tapi tidak dikembangkan. Misalnya seseorang memilki bakat menjadi seorang
pelari, tetapi tidak dikembangkan, sehingga kemampuannya untuk berlari juga
tidak berkembang.
Bakatmemilikitigaartiyaituachievement (kemampuanaktual),
capacity (Kemampuanpotensial), danaptitude (sifatdankualitas).Ciri-ciribakat diantaranya yaitu :
·
Bakatmerupakankondisiataukualitas yang
dimilikiseseorang, yang
memungkinkanseseorangtersebutakanberkembangpadamasamendatang.
·
Bakatmerupakanpotensibawaan yang
masihmembutuhkanlatihan agar dapatterwujudsecaranyata.
·
Bakatmerupakanpotensiterpendamdalamdiriseseorang.
·
Bakatdapatmunculjikadigali,
ditemukan, dilatih, dandikembangkan.
·
Bakatmemungkinkanseseoranguntukmencapaiprestasidalambidangtertentu,
akantetapiharusditunjangdenganminat, latihan, pengertian, pengetahuan,
pengalaman, dandorongan.Bakattidakselaluidentikdisertaiminat.
Adapun yang menjadi aspek-aspekbakat yaitu :
·
Aspekperseptual: meliputikemampuandalammemberikanpenilaianataupemahamanterhadapsesuatu.
·
Aspekpsikomotor:
meliputikemampuanfisiksepertikekuatanfisik, kecepatangerak,
ketelitiandanketepatan, koordinasidankeluwesananggotatubuh.
·
Aspekintelektual:
meliputikemampuanmengingatdanmengevaluasisuatuinformasi
Atasdasarbakat yang dimilikinya,
makaseseorangakanmampumenunjukkankelebihandalambertindakdanmenguasaisertamemecahkanmasalahdibandingkan
orang lain. Seseorang yang memilikibakatakancepatdapatdiamatikarenakemampuan
yang iamilikiakanberkembangdenganpesat.
B. Hubungan dan Perbedaan antara Intellegensi dan Bakat
Setelah diuraikan mengenai
definisi-definisi dari intellegensi, maka di sini kita akan menemukan hubungan
dan perbedaan antara keduanya. Inteligensimerupakansuatukonsepmengenaikemampuanumumindividudalammenyesuaikandiridenganlingkungannya.Dalamkemampuan
yang umumini, terdapatkemampuan-kemampuan yang amatspesifik.Kemampuan-kemampuan
yang spesifikinimemberikanpadaindividusuatukondisi yang memungkinkantercapainyapengetahuan,
kecakapan, atauketrampilantertentusetelahmelaluisuatulatihan.Inilah yang
disebutBakatatau
Aptitude.Karenasuatutesinteligensitidakdirancanguntukmenyingkapkemampuan-kemampuankhususini,
makabakattidakdapatsegera diketahui lewat tes intellegensi.
Alat
yang digunakanuntukmenyingkapkemampuankhususinidisebuttesbakatatau aptitude
test.Tesbakat yang
dirancanguntukmengungkapprestasibelajarpadabidangtertentudinamakan Scholastic
Aptitude Test dan yang dipakai di bidangpekerjaanadalah Vocational Aptitude
Test dan Interest Inventory. Contohdari Scholastic Aptitude Test
adalahTesPotensiAkademik (TPA) dan Graduate Record Examination
(GRE).Sedangkancontohdari Vocational Aptitude Test atau Interest Inventory
adalah Differential Aptitude Test (DAT) danKuder Occupational Interest Survey.
Meskipun bakat dan intellegensi merupakan dua hal yang
berbeda, namun keduanya akan saling berkaitan. Bakat adalah kemampuan yang
merupakan sesuatu yang melekat dalam diri seseorang. Bakat dibawa sejak lahir
dan terkait dengan struktur otaknya. Secara ginetik struktur otak telah
terbentuk secara lahir, tetapi berfungsinya otak sangat ditentukan oleh peserta
didik berinteraksi dengan lingkungannya. Biasanya kemampuan dikaitkan dengan
intellegensi atau kecerdasan, di mana kecerdasan atau intellegensi quotient
merupakan modal awal untuk bakat tertentu. Potensi bawaan peserta didik sampai
menjadi bakat berkaitan dengan kecerdasan intelektual (IQ) peserta didik.
C.
Multiple intellegensi (Guliford dan Gardner) serta
Jenis- jenis Bakat
a.
Multiple Intellegensi
Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa kecerdasan adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki oleh individu dalam menghadapi masalah yang ada di lingkungannya.
Setiap individu dengan individu lainnya memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Gardner berpendapat, bahwa kemampuan itu sendiri memiliki banyak jenis dan
dimensi. Keanekaragaman jenis kemampuan-kemampuan inilah yang disebut dengan
kecerdasan majemuk (multiple intelegensi). Realita inilah yang mendorong
Gardner mengulurkan gagasannya tentang multilpe intelegensi (kecerdasan
majemuk).
Menurut teori ini, setiap anak yang terlahir di dunia
tidak ada yang bodoh. Semuanya memiliki kesempatan dan hak untuk disebut
sebagai orang yang cerdas.[4]
Pendapat Gardner ini membuka wawasan kita tentang hakikat dari kecerdasan.
Selama ini penilaian tentang kecerdasan hanya terbatas pada sesuatu yang sempit
dan statis. Namun Gardner – dan para ahli lainnya – memaknai kecerdasan sebagai
kemampuan seseorang dalam beradaptasi, lebih jauh Gardner menambahkan
penekanannya pada aspek atau dimensi psikologis manusia yang membentuk
jenis-jenis kemampuan tersebut.
Padatahun-tahunbelakanganini,
banyakperdebatantentangkecerdasanterfokusuntukmemutuskanapakahterdapatbanyakjeniskecerdasan
yang berbeda-bedadanuntukmenjelaskanmasing-masing.
Gardner (1983) berhasil mengemukakan delapan macam kecerdasan, yang kemudian dikenal
sebagai kecerdasan ganda (Multiple
Intelligence) atau biasa disingkat dengan MI. Kedelapan jenis kecerdasan tersebut diantaranya adalah[5] :
1. Kecerdasan linguistik (bahasa), yaitu kemampuan membaca, menulis,
berkomunikasi dengan kata-kata atau
bahasa. Orang-orang yang mempunyai kecerdasan ini adalah jurnalis, penyair,
penulis dan pelawak. Karakteristiknya antara lain :
-
Senang membaca buku atau
apa saja, bercerita atau berdongeng
-
Senang komunikasi,
bercerita, berdialog, berdiskusi, dan senang berbahasa asing
-
Pandai menghubungkan atau
merangkai kata-kata baik melalui lisan ataupun tulisan
-
Pandai menafsirkan kata-kata
atau paragraf dengan baik
-
Pandai mengingat dan
menghafal dan juga humoris
Mengasah kecerdasan linguistik (bahasa)
Sering kali orang menganggap bahwa anak dengan sendirinya dapat berbicara
dan berbahasa sehingga tidk perlu repot-repot
mengajar mereka untuk bicara. Anggapan ini sebagian benar karena semua
orang masti akan melewati tahan marabah (babbling) meskipun dia adalah seorang
anak tunarungu (sejauh organ bicara mereka tidak terganggu). Namun, hal ini
tidak sepenuhnya benar. Jika tidak diasah terus menerus maka keterampilan
tersebut pada akhirnya tidak akan mengalami perkembangan. Beberapa contoh
kegiatan yang dapat mengasah kecerdasan ini diantaranya : mengajak anak berbicara, membacakan cerita,
bermain peran, bernyanyi atau mendengarkan lagu-lagu anak. Merangkai cerita,
berdiskusi.
2. Kecerdasan logika matematik, yaitu kemampuan berfikir (menalar),
menghitung, serta berfikir logis dan sistematis. Orang-orang yang mempunyai
kecerdasan ini adalah insinyur, ilmuan, ekonom, akuntan, detektif dan para
profesi hukum. Karakteristiknya antara lain :
-
Senang bereksperimen,
bertanya, menyusun atau merangkai teka-teki
-
Senang dan pandai
berhitung dan bermain angka
-
Senang mengorganisasikan
sesuatu, menyusun skenario
-
Mampu berfikir logis baik
indukatif maupun dedukatif
Mengasah Kecerdasan logika
matematik
Perkembangan kognitif menurut piaget meliputi kemampuan seseorang untuk
merasakan dan mengingat serta membuat alasan dan berimajinasi. Perbedaaan
mendasar antara antara orang dewasa dengan dengan anak-anak dalam proses
pembelajaran adalah anak-anak terutama bayi tidak belajar berdasarkan
pengalaman, observasi dan imitasi. Pertama kali bayi belajar melalui intuisi,
kemudian mengalami proses menuju penguasaan keterampilan secara bertahap.
Begitu seterusnya menuju keterampilan yang makin lama akan makin kompleks
sejalan dengan perkembangan usianya. Agar perkembangan ini berjalan dengan
optimal, maka stimulasi perlu diberikan secara terus menerus dengan
berkesinambungan. Berikut adalah yang dapat mengasah kecerdasan logika
matematik :
-
Mengenal bentuk geometri :
kemampuan ini dapat dilakukan sejak anak masih bayi dengan menggantungkan
berbagai macam bentuk, pada usia anak empat tahun maka pengenalan bentuk bisa
dikelompokkan berdasarkan ukuran, warna, urutan dari yang kecil sampai yang
besar.
-
Mengenal bilangan melalui
bermain
-
Menyelesaikan puzzle :
merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengasah kemampuan
menggunakan logika
-
Pengenalan pola : hubungan sebab akibatsebagai salah satu
perkembangan dari kemampuan melihat pola, dan dikembangan dengan mengajak anak
melakukan pengamatan. Misalnya mengamati bahwa air selalu mengalir ke tempat
yang lebih rendah, air selalu berubah bentuknya mengikuti bentuk wadah yang di
tempati.
-
Eksperimen di alam seperti
mengajak anak mengenali berbagai macam sayuran.
3. Kecerdasan musik, yaitu kemampuan mengubah atau mencipta musik, dapat
bernyanyi dengan baik atau memahami dan dapat mengekspreskan musik, serta
menjaga ritme. Ini merupakan suatu bakat yang diterapkan oleh para musisi.
Mengasah kecerdasan musik
Berbaga studi membuktikan bahwa kecerdasan musik memiliki berkaitan erat
dengan berbagai kecerdasan lainnya. Meskipun orang dengan kecerdasan musik
menonjol belum tentu akan menjadi compser yang hebat, namun kecerdasan ini
perlu diasah untuk menjaga keseimbangan anak secara umum. Beberapa kegiatan
yang dapat mengasah kecerdasan musik diantaranya :
-
Bernyanyi atau
mendengarkan lagu
-
Mengenalkan ritme dan
melatih gerakan dengan irama
-
Bersenandung
-
Meniru suara-suara yang
ada di alam; saat anda sedang mengajarkan tentang hujan, maka mintalah anak
untuk mengeksplorasi berbagai suara yang muncul yang berkaitan dengan akan
terjadinya dan berlangsungnya hujan.
4. Kecerdasan kinesstesis atau fisik, yaitu kemampuanyang berhubungan dengan
gerakan tubuh termasuk gerakan motorik otak yang mengendalikan tubuh seperti
kemampuan untuk mengendalikan dan menggunakan badan dengan mudah dan cekatan.
Karakteristiknya adalah :
-
Senang menari atau acting
-
Pandai atau aktif dalam
olah raga tertentu
-
Mudah berekspresi dengan
mudah
-
Mampu memainkan mimik
-
Senang dan efektif
berfikir sambil berjalan, berlari dan berolah raga
-
Senang bergerak atau tidak
bisa diam dalam waktu yang lama
-
Senang dengan kegiatan di
luar rumah
Mengasah kecerdasan kinestestik fisik
Untuk mengasah kecerdasan ini diantaranya :
-
Menari, menari di sini
tidak hanya melakukan gerakan baku, namun saat menari dituntut pula kemampuan
yang lainnya, seperti memperhatikan, meniru gerakan, dan memadamkan gerakan
dengan musik
-
Bermain peran, melalui hal
ini anak anak akan menggerakan tubuh sesuai dengan peran yang dimainkan
-
Drama, yang memuat adanya gerakan tubuh, ekspresi
wajah, komunikasi antar pemegang peran, dan kemungkinan adanya musik pengiring
-
Olahraga, hal ini dapat
dan meningkatkan kemampuan gerak tubuh anak
5. Kecerdasan interpersonal (sosial), yaitu kemampuan bekerja secara efektif
dengan orang lain, berhubungan dengan
orang lain dengan memerlihatkan empati dan pengertian, serta memerhatikan
motivasi dan tujuan mereka. Kecerdasan ini dimiliki oleh guru, politisi,
pemukan agama. Karakteristiknya biasanya ditandai dengan mampu berorganisasi,
bersosialisasi, peka terhadap teman dan mudah mengenal dan membedakan perasaan
dan pribadi orang lain.
Mengasah kecerdasan
interpersnal
Di era globalisasi yang
hiruk pikuk ini di mana kedua orang tua sering kali harus keluar dari rrumah
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Maka tidak dapat dihindari bahwa
mempertahankan hubungan yang hangat dan terus menerus dengan anak merupakan
suatu hal yang tidak mudah sehngga tentu saja perlu di buat kegiatan yang
dengan sengaja dilakukan guna mendorong meningkatkan kecerdasan antar diri ini.
Berikut beberapa kegiatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
-
Menumbuhkan sikaf saling
menghargai perbedaan ; jika orang tua melakukan hal yang di atas, maka anak
akan cenderung melakukan hal itu.
-
Membiasakan memberi umpan
balik ; yaitu memberitahukan apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan anak,
bukan mengkritik atau memberikan lebel negative. Berikan umpan bali langsung
pada prilakunya, bukan diberikan penilaian atas perbuatan atau kinerja anak.
-
Melakukan tugas dalam
kelompok (dalam bentuk proyek) ;
misalnya orang tua bisa meminta anak-anak untuk mengamati beberapa
jumlah mobil yang lewat di depan sekolah atau yang lainnya.
-
Memberikan kesempatan anak
untuk bertanggung jawab : bertanggung jawab akan suatu tugas tertentu akan
membantu membentuk perasaan mampu (kompeten) dalam diri anak. Seperti ketua
kelas memiliki tugas, dan begitupun dengan sekretaris
-
Menumbuhkan sifat empati ;
ajaklah anak-anak untuk turut serta membantu orang lain yang kurang beruntung
dibandingkan dirinya.
6. Kecerdasan intrapersonal (mengenal diri sendiri), yaitu keampuan
menganalisis diri sendiri dan merenungkan diri, mampu merenung dalam kesunyian
dan menilai prestasi seseorang, meninjau prilaku seseorang deengan
perasaan-perasaan terdalamnya, serta mengenal mengenal dirinya sendiri.
Karakteristiknya biasanya ditandai dengan :
-
Mampu menilai diri sendiri
/ introfeksi diri
-
Mampu mencanangkan tujuan,
menyusun cita-cita dan rencana hidup yang jelas
-
Berjiwa independentt/bebas
-
Mudah berkonsentrasi
-
Senang mengekspresikan
perasaan-perasaan yang berbeda
-
Sadar akan realitas
spiritual
Mengasah kecerdasan intrapersonal
Guna mengembangkan potensi dalam diri anak agar tumbuh dengan baik, maka
lingkungan yang hangat akan mampu menumbuhkan rasa kebanggaan dan menghargai.
Beberapa kegiatan yang dapat mengasah kecerdasan intrapersonal ini diantaranya
:
-
membentuk citra diri yang positif ; apabila
kita menampilkan kehangatan pada anak disertai dengan sikaf tegas maka di sisi
lain hal tersebut juga menumbuhkan sikaf menghargai, memberi perhatian, memberi
perhatian, dan menerima anak apa adanya sehingga di pihak lain hal ini juga
akan menjadi contoh nyata bagi anak untuk ditiru.
-
Menciptakan sarana untuk
menuangkan isi hati ; memberikan buku harian dimana anak bisa menulis atau
menggambar apa yang dirasakannya.
-
Menenali diri sendiri ;
meluangkan waktu untuk bercakap-cakap dengan anak dan memberi mereka kesempatan
mengemukakan perasaan-perasaan mereka. Hal ini dapat memebantu anak mengenali
kekurangan dan kelebihan dari mereka sendiri. Ajukan pula pertanyaan–pertanyaan
yang memberi anak kesempatan untuk melakukan evaluasi diri, misalnya apa yang
dia lakukan pada hari itu, dan sebagainya.
-
Memberikan kesempatan anak
mengerjakan tugas sendiri; dengan kecerdasan dalam diri yang kuat perlu pula
diberi kesempatan untuk mengerjakan tugas sendiri sehingga ia dapat mengelurkan
perasaan, pikiran-pikiran, dan pandangan hidupnya secara khas. Anak, misalnya
bisa diminta membuat puisi, surat atau lagu sendiri.
7. Kecerdasan naturalis, yaitu kemampuan mengenal
flora dan fauna serta,melakukan pemilahan-pemilahan runtut dalam dunia
kealaman. Orang yang memiliki kecerdasan ini adalah para peneliti flara dan
fauna, para petanai, serta para peneliti biologi.
Mengasah kecerdasan naturalis
Seperti juga kecerdasan-kecerdasan yang lain, agar
kemampuan anak tumbuh maka tentu saja diperlukan adanya berbagai rangsang yang
tepat. Beberapa kegiatan yang diharapkan dapat mendorong berkembangnya
kecerdasan tersebut adalah sebagai berikut :
-
Mengamati binatang ; ajaklah anak memelihara binatang,
misalnya ikan kecil dalam botol dan bersama-sama mengamati perilaku ikan
tersebut. Bisa juga mengajak anak pergi ke kebun binatang dan emngenali
berbagai macam binatang yang ada, apa makanan mereka, dari mana asalnya.
-
Mengamati tumbuhan ; ajaklah anak membuat proyek
bersama-sama misalnya membuat herbarium
atau mengamati pertumbuhan tanaman dan biji hingga tumbuh. Mulailah dari yang
pertumbuhannya cepat dan mudah diamati misalnya kacang hijau yang diletakan di
atas kapas basah pada beberapa wadah.
-
Mengamati perubahan alam ; duduk di alam terbuka dan
menikmati anginnya bergerak dengan mengamati gerakannya pada dedaunan atau
rambut, akan melatih kecerdasan alam-natural anak.
-
Mengamati hasil
budaya ; pergi ke museum atau tempat-tempat lain di mana hasil karya
diperlihatkan dapat membantu anak mengembangkan kemampuan alam-natural.
8. Kecerdasan visual spasial
Yaitu kemampuan berfikir
dalam citra dan gambar. Seperti kemampuan untuk membayangkan bentuk suatu
objek. Karakteristiknya adalah :
-
Senang merancang sketsa,
gambar, desain grafik, table.
-
Peka terhadap citra, warna
dan sebagainya.
-
Pandai memvisualisasikan
ide.
-
Imaginasinya aktif.
-
Mudah menemukan jalan
dalam ruang
-
Mempunyai persepsi yang
tepat dari berbagai sudut.
Mengasah kecersdasan visual spasial
Berikut beberapa contaoh kegiatan yang dapat mengasah kecerdasan visual
spasial diantaranya :
-
Membayangkan ; mintalah rangkaian gambar, kemudian minta
anak menceritakan apa yang sedang oleh tokoh dalam gambar.
-
Menggambar ; salah satu
yang dapat dilakukan oleh anak sebagai salah satu cara merangsang kemampuan
visual.
-
Membuat kerajinan tangan ;
gunakan berbagai macam media, seperti kertas, sedotan dan yang lainnya. Selain
merangsang kretivitas, kerajinan tangan dapat pula meningkatkan rasa percaya
diri pada anak.
-
Mengatur dan merancang ;
seperti menentukan kelompok mana yang mendapatkan kesempatan lebih dahulu untuk
menyanyi.
delapan kecerdasan yang telah dikemukakan oleh Gardner tersebut, diartikan
bahwa setiap menusia mempunyai delpan kecerdasan dengan kadar yang variasi.
Setiap manusia mempunyai komposisi yang berbeda karena semua kecerdasan berada
di otak yang berbeda yang dapat bekerja secara sendiri atau bersamaan.
Kecerdasan-kecerdasan tersebut tercermin dari cara-cara anak memahami atau
belajar tentang dunia sekitar.
Oleh karena itu bimbingan orang dewasa sangat penting agar dapat
mengarahkan mereka kepada hal-hal yang baik bagi psikisnya. Perkembangan
tersebut dipengaruhi oleh kematangan, latihan, dan belajar. Itu semua dapat
tercapai dengan memaksimalkan kecerdasan yang ada pada mereka.
Adapun menurut Guilford intelligensi itu dapat dilihat dari tiga kategori
dasar atau “Fach of intellec” yaitu sebagai berikut :
a. Operasi mental (proses berfikir), meliputi :
kognisi (menyimpan informasi lama dan menemukan informasi yang baru), memori
retention (ingatan yang berkaitan dengan kehidupan shari-hari), devergent
production (berfikir melebar/banyak kemungkinan jawaban ), kompergent
production (berfikir memusat/hanya satu jawaban), evaluasi (mengambil keputusan
apakah keputusan itu sesuatu yang baik).
b. Content (isi yang dipikirkan) meliputi :
visual(bentuk kongret/gambar), auditory ward meaning simbolis (informasi dalam
bentuk lambang, kata-kata, angka), behabioral (interaksi non verbal yang
melalui penginderaan).
c. Product (hasil berfikir) meliputi : unit (item
tunggal informasi), kelas (kelompok item yang memiliki sifat-sifat yang sama),
relasi (keterkaitan antar informasi), sistem (kompleksitas bagian yang saling
berhubungan), transformasi (perubahan moditifikasi), dan implikasi (informasi
yang merupakan saran dari informasi lain).
Pada tahun 1904 menteri
pendidikan Prancis meminta psikolog Alfred binet untuk menyusun metode guna mengidentifikasi
anak-anak yang tidak mampu belajar di sekolah. Para pejabat di sekolah ingin
mengurangi sekolahan yang sesak dengan cara memindahkan murid yang kurang mampu
belajar di sekolah umum ke sekolah khusus. Binet dan mahasiswanya, Thelipole
simon menyusun teks intellegensi untuk memenuhi permintaan ini. Test ini
disebut skala 1905. Test ini terdiri dari 30 pertanyaan, mulai dari kemampuan
untuk menyentuh telinga hingga kemampuan menggambarkan desain berdasarkan
ingatan dan mendefinisikan konsep abstarak.
Alfred binet dan theodor
simon, dua orang psikolog asal Prancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat
dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus
(anak-anak yang kurang pandai) alat test itu dinamakan test Binet Simon. Test
ini kemudian direvisi pada tahun 1911 .
Binet mengembangkan konsep
mental age (MA) atau usia mental yakni perkembangan mental individu yang
berkaitan dengan perkembangan lain. Tak lama kemudian, pada 1912 William stern
menciptakan konsep intellegensi Quotient (IQ) yaitu usia mental seseorang
dibagi dengan usia kronologis (cronological age -CA) dikalikan 100. Jadi rumusnya
: IQ = ( MA/CA*100 ).
Jika usia mental sama
dengan usia kronologis, maka IQ orang itu adalah 100. Jika usia mental orang
itu di atas kronologis, maka IQ –nya lebih dari 100. Misalnya anak enam tahun
dengan usia mental 8 tahun akan mempunyai IQ 133. Jika usia mentalnya di bawah
usia kronologis, maka IQ nya di bawah 100. Misalkan anak usia 6 dengan mental 5
akan punya IQ 83. Berikut adalah klasifikasi IQ menurut Binet :
-
Genius 140 ke atas
-
Sangat cerdas 130-139
-
Cerdas (superior) 120 – 129
-
Di atas rata-rata 110 -119
-
Rata-rata 90-109
-
Di bawah rata-rata 80-89
-
Garis batas (bodoh) 70 -79
-
Moron (lemah pikir) 50-69
-
Imbisil, idiot 49 ke bawah
D.
Faktor- faktor yang memengaruhi perkembangan intelligen
Menurut Andi Mappiare
(1982 : 180) hal-hal yang memengaruhi perkembangan intelligen antara lain :
-
Bertambahnya informasi
yang disimpan dalam otak seseorang sehingga ia mampu berfikir reflektif
-
Banyaknya pengalaman dan
latihan-latihan memecahkan masalah sehingga seseorang dapat berfikir
pofesional.
-
Adanya kebebasan berfikir,
menimbulkan keberanian seseorang dalam nmenyusun hipotesis-hipotesis yang
radikal, kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan dan menunjang
keberanian anak dalam memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.
Tiga kondisi di atas
sesuai dengan dasar teori piaget mengenai perkembangan intelligensi yakni :
-
Fungsi intelligensi
termasuk proses adaptasi yang bersifat biologis
-
Bertambahnya usia
menyebabkan berkembangnya struktur intelligensi baru, sehingga terjadi pula
perubahan kualitatif.
Adapun faktor-faktor yang
memengaruhi perkembangan intelligensi adalah sebagai berikut :
1. Faktor bawaan atau keturunan
Penelitian membuktikan
bahwa korelasi nilas tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan diantara
anak kembar, korelasi nilai tes IQ nya sangat tinggi sekitar 0,90. Bukti
lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkolerasi antara 0,40-0,50
dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10-0,20 dengan ayah dan ibu
angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara pisah, IQ
mereka tetap berkolerasi sangat tinggi walaupun mereka tidak pernah saling
kenal.
2. Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri
yang dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan
perubahan-perubahan yang berarti. Intelligensi tentunya tidak bisa terlepas
dari otak. Pekembangan otak bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga
memegang peranan amat penting.
3. Stabilitas intellegensi dan IQ
Intelegensi bukanlah IQ.
Intelengi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ
adalah hasil dari suatu tes intelegensi atau (yang notaben hanya mengukur
sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas intelegensi tergantung perkembangan
organ otak.
4. Pengaruh faktor kematangan
Tiap organ dalam tubuh
manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ fisik maupun fisikis
dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan
fungsinya.
5. Pengaruh faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi.
6. Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan
perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan dari perbuatan itu. Dalam
diri manusia terdapat dorongan-dorongan yang mendorong manusia untuk
berinteraksi dengan dunia luar.
7. Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia dapat memilih metode-metode yang tertentu
dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan untuk memilih
metode juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
E. Jenis - jenis Bakat
Berdasarkan cara
berfungsinya, bakat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Bakat yang berhububungan dengan kemampuan atau kemahiran dibidang pekerjaan
tertentu, seperti bakat musik
2. Bakat khusus tertentu yang diperlukan sebagai perantara untuk mewujudkan
kemampuan tertentu misalnya bakat ruang (dimensi) diperlukan untuk mewujudkan
bakat insinyur.
Pembagian dua jenis bakat
ini selaras dengan pendapat bahwa bakat bukanlah meruakan sifat yang tunggal,
melainkan sekelompok sifat yang berkumpul dan membentuk bakat. Misalnya dalam bakat musik, syarat terwujudnya
bakat musik tersebut harus didukung oleh kemampuan persepsi musik, yaitu
kepekaan akan nada kepekaan atas keserasian nada, kepekaan akan volume suara
dan kepekaan akan ritme atau irama. Selanjutnya, sifat-sifat tersebut ada yang
saling tergantung dalam membentuk suatu bakat, sehingga tanpa hadirnya suatu
sifat, bakat tertentu tidak akan muncul. Tetapi ada pula yang tidak tergantung,
misalnya kemampuan bersuara bagus tidak diperlukan bagi bakat mencipta musik
seseorang.
Bakat juga digolngkan
menurut fungsi dan aspek – aspek yang terlibat dan yang terlihat dalam berbagai
macam prestasi, yaitu:
a. Bakat psikofisik
Bakat psikofisik adalah
kemampuan yang berakar pada jasmaniah sebagai dasar bakat tersebut. Seperti
kemampuan motorik, ketangkasan, kekuatan badan, kelincahan jasmani,
keterampilan jari, dan anggota tubuh lainnya.
b. Bakat kejiwaan yang bersifat umum
Bakat kejiwaan yang
bersifat umum adalah kemampuan ingatan daya khayal atau imajinasi dan
inteligasi.
c. Bakat kejiwaan yang khas dan majemuk
Bakat kejiwaan yang khas
dan majemuk adalah bakat yang terarah pada suatu bidang yang terbatas. Seperti
bakat bahasa, bakat melukis, bakat musik, bakat seni, bakat ilmu, dan
lain-lain. Sedangkan bakat majemuk seperti bakat hukum, bakat pendidik, bakat
psikologi, bakat kedokteran, bakat ekonomi, bakat politik, dan lain sebagainya.
d. Bakat yang lebih berdasarkan pada alam perasaan dan kemauan
Bakat yang lebih
berdasarkan alam perasaan dan kemampuan mengasihi, kemampuan merasakan dan
menghayati perasaan orang lain. Dan lain sebagainya.
F. Indikator Prilaku
Intellegen dan Talentd
Indikator-indikator
penting dari suatu perilaku intelligensi berdasarkan hasil penelitian mengenali
kemampuan memproses adalah berkaitan dengan ingatan jangka pendek, pengetahuan
umum, penalaran dan pemecahan masalah, dan prilaku adaptasi.
a. Ingatan jangka pendek
Orang-orang yang memilki
intelligensi yang tinggi cenderung lebih
cepat dan akurat di dalam memproses informasi jika dibandingkan dengan mereka
yang memiliki intelligensi rendah. Hal ini berlaku pada proses menggali kembali
atu membaca pengetahuan dari ingatan.
b. Pengetahuan umum
Pengetahuan umum merupakan
bagian penting dari intelligensi manusia yaitu kemampuan menyimppan informasi
di dalam ingatan dalam bentuk skema yang terorganisasikan dengan baik dan
mengakses kembali informasi itu secara efisien merupakan karakteristik penting
dari intelligensi atau kecerdasan.
c. Penalaran dan pemecahan masalah
Kemampuan penalaran dan
pemecahan masalah merupakan komponen
penting dari intelligensi manusia. Penalaran dicirikan dengan adanya usaha elemen-elemen
informasi yang diketahuiuntuk menghasilkan informasi baru.
d. Adaptasi
Kemampuan adaptasi
merupakan suatu prilaku yang sangat kompleks,
karena di dalamnya melibatkan sejumlah fungsi intelektual misalnya
penalaran, ingatan kerja dan belajar keterampilan.
G. Nilai Intelligensi dan Bakat dalam Kegiatan Belajar
Intelligensi merupakan
salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang.
Salah satu cara yang digunakan untuk menyatakan tinggi rendahnya intelligensi
adalah dengan menerjemahkan hasil test intelligensi ke dalam angka yang dapat
menjadi petunjuk mengenai kedudukan
tingkat kecerdasan seseorang. Intelegensi sebagai unsur kognitif dianggap
memegang peranan yang cukup penting. Sebagian orang beranggapan bahwa hasil tes
intelegensi yang tinggi merupakan jaminan kesuksesan dalam belajar sehingga
bila terjadi kasus kegagalan pada anak yang dimiliki IQ tinggi akan menimbulkan
reaksi berlebihan berupa kehilangan kepercayaan institusi yang menggagalkan
anak tersebut. Sejalan itu tidak kurang bahayanya adalah anggapan hasil tes IQ
yang rendah merupakan ponis akhir bahwa individu yang bersangkutan tidak
mungkin dapat mencapai prestasi yang baik. (Azwar, 2004).
H.
Peranan keluarga dan sekolah dalam mengasah multiple intelligenci dan bakat
anak dan remaja
Orang tua menjadi kunci
utama dalam mengasah dan memupuk bakat anak. Sebab bakat yang dimiliki anak
berpotensi membantu anak menjalani kehidupan kelak. Dan para orang tua dalam
mengasah intelligensi anak itu bisa bermacam-macam caranya, akan tetapi yang
perlu diperhatikan bahwa pola asuh pada anak berpengaruh kepada intelligensi
anak, begitupun sebaliknya.
Setiap anak dianjurkan
diberikan stimulus sejak dini, sehingga dapat mengembangkan keunggulan
potensinya secara optimal. Untuk itu, dibutuhkan peran dan perhatian orang tua lebih intensif lagi.
Suatu studi yang dilakukan
pada tahun 1954 menunjukkan bahwa kecerdasan dapat dibina. Hal ini dibina oleh
Aaron stren dari AS dengan memberikan stimulasi pada anak perempuannya, edith,
setiap hari suatu satukata baru dengan menggunakan flashcard, mendengarkan
musik klasik dan berbahasa orang dewasa (bukan bahasa bayi).
Hasilnya, pada usia belum
genap satu tahun, edith dapat berbicara dalam kalimat lengkap, pada usia lima
tahun ia berhasil membaca semua jilid ensiklopedia britanica dan pada usia dua
belas tahun diterima di michigan state university.
Dari contoh di atas
jelaslah bahwa orang tua sangat berperan penting dan mengembangkan intelligensi
dan bakat anak. Namun orang tua baru menyadari bahwa anaknya punya bakat saat
anak berusia 3 tahun.
Berbagai upaya yang dapat
dilakukan orang tua sebagai lingkungan yang kondusif bagi pengembangan diri
anak, menurut Reni mengutip pendapat Amabile (1989), adalah :
1) Kebebasan : orang tua perlu memberikan rasa bebas, tidak selalu berusaha
mengendalikan anak dan tidak merasa cemas berlebihan dengan apa yang dilakukan
anak.
2) Rasa hormat : orang tua menghargai keberadaan anak sebagai individu yang
unik dan memiliki kemampuan tertentu.
3) Kedekatan emosional : orang tua tidak bersikap posesif yang menyebabkan
anak memiliki sikap ketergantungan pada orang lain.
4) Penanaman nilai : orang tua menanamkan nilai-nilai yang perlu diketahui
anak dalam hidupnya, bukan menjejali berbagai macam aturan yang menyeramkan.
5) Penekanan prestasi : anda lebih menekankan pentingnya meraih hal sebaik
mungkin, bukan semata-mata memperoleh angka tinggi di raport.
6) Minat : ibu, ayah perlu memiliki keberagaman minat dengan tidak menekankan
pada perbedaan status sosial ataupun tuntutan sosial.
7) Hargai kreatifitas: anda mendukung anak untuk melakukan hal-hal kreatif
melalui tersedianya peralatan dan pengalaman baru yang menarik.
8) Visi : anda harus memiliki visi yang jelas menyangkut buah hati bahwa
mereka harus mampu melakukan hal-hal luar biasa yang kreatif sesuai dengan
bakat serta keterampilan yang dimilikinya.
Selain itu orang tua
memegang peranan penting menciptakan lingkungan tersebut guna memotivasi anak
agar dapat lebih siap dalam menghadapi berbagai tantangan di era globalisasi. Ini
semua dapat dimulai sejak bayi. Suasana yang penuh kasih sayang mau menerima
anak apa adanya, menghargai potensi anak, memberi rangsangan-rangsangan yang
kaya untuk segala aspek perkembangan anak, baik secara kognitif, apektif maupun
psikomotorik, semua merupakan jawaban nyata bagi tumbuhnya generasi unggul di
masa yang akan datang.
Memahami anak merupakan
suatu keberhasilan pendidikan yang mana sering dikaitkan dengan kemampuan para
orang tua dan pendidik dalam hal memahami anak sebagai individu yang unik, di
mana setiap anak dilihat sebagi individu yang memiliki potensi-potensi yang
berbeda satu sama lain namun saling melengkapi dan sangat berharga. Selain
memahami bahwa anak merupakan individu yang unik, ada beberapa catatan yang
perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan upaya memahami anak, yaitu bahwa anak
adalah anak bukan orang dewasa, anak adalah tetap anak-anak, bukan orang dewasa
yang mempunyai ukuran mini.
Mereka juga memiliki dunia
sendiri yang khas dan harus dilihat dengan kacamata anak-anak. Untuk itu dalam
menghadapi mereka dibutuhkan adanya kesabaran, pengertian serta toleransi yang
mendalam. Dunia bermain mereka adalah dunia bermain, yaitu dunia yang penuh
semangat apabila terkai dengan penuh suasana yang
menyeenangkan.
Anak selain tumbuh secara fisik juga
berkembang secara psikologis ada fase-fase perkembangan yang di laluinya dan
anak menampilkan berbagai prilaku sesuai dengan ciri-ciri fase perkembangan
tersebut. Pada dasarnya anak memiliki kebiasaan diantaranya :
-
Senang meniru
Anak pada dasarnya senang meniru, karena salah satu proses pembentukan
tingkah laku mereka adalah diperoleh dengan cara meniru. Orang tua dan guru
dituntut untuk bisa memberikan contoh-contoh keteladanan yang nyata akan hal-hal
yang baik, termasuk prilaku bersemangat dalam mempelajari hal-hal yang baru.
-
Kreatif
Anak pada dasarnya adalah kreatif. Mereka memiliki ciri-ciri yang oleh para
ahli sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif, misalnya rasa
ingin tahu yang besar, senang bertanya, berimajinasi tinggi, dan sebagainya.
Namun begitu anak masuk sekolah kreativitas anak pun semakin menurun. Hal ini
sering disebabkan karena pengajaran di TK atau SD terlalu menekankan pada cara
berfikir konveregen, sementara cara berfikir secara divergen kurang dirangsang.
Orang tua dan guru perlu
memahami kreatifitas yang ada pada diri anak-anak dengan bersikaf luwes dan
kreatif pula, hendaknya tidak selalu memaksakan kehendaknya terhadap anak-anak,
namun secara rendah hati mau menerima gagasan anak yang mungkin nampak aneh dan
tak lazim. Anak-anak yang dihargai cenderung terhindar dari berbagai masalah
psikologis serta akan tumbuh dan berkembang lebih optimal.
Mengembangkan kecerdasan
dan kreatifitas menyadari akan arti pentingnya hidup orang tua bagi
pengembangan kecerdasan dan kreatifitas anak, maka sangat dianjurkan keada
setiap orangtua untuk meluangkan waktu secara teratur bagi putra putrinya untuk
mengembangkan kemampuan bahasa misalnya biasakan agar orang tua rajin
menjalalin percakapan dengan anak. Ajaklah berdialog dan berilah kesempatan
kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya. Sementara untuk memuaskan kebutuhan ilmiahnya, anak bisa
diajak menjelajahi dunianya dengan cara melakukan eksperimen, misalnya proses
telur yang menetas dan sebagainya. Kita bisa mengaitkan semua kegiatan di atas
sebagai suatu aktifitas yang menyenangkan dan selalu ditunggu oleh anak. Ini
merupakan sebagian dari hal-hal yang dapat merangsang pengembangan kecerdasan
anak/anak didik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat
penulis sampaikan bahwa yang dimaksud dengan intelligensi menurut David
Wechsler ialahsebagaikumpulanatautotalitaskemampuanseseoranguntukbertindakdalamtujuantertentu,
berfikirsecararasional, sertamengahadapilingkungannyadenganefektif. Sedang
bakat merupakan sebuah sifat dasar,
kepandaian dan pembawaan yang dibawa sejak lahir, misalnya menulis Ada juga
kata “bakat yang terpendam”, artinya bakat alami yang dibawa sejak lahir tapi
tidak dikembangkan. Misalnya seseorang memilki bakat menjadi seorang pelari,
tetapi tidak dikembangkan, sehingga kemampuannya untuk berlari juga tidak
berkembang.
Inteligensimerupakansuatukonsepmengenaikemampuanumumindividudalammenyesuaikandiridenganlingkungannya.Dalamkemampuan
yang umumini, terdapatkemampuan-kemampuan yang amatspesifik.Kemampuan-kemampuan
yang spesifikinimemberikanpadaindividusuatukondisi yang
memungkinkantercapainyapengetahuan, kecakapan,
atauketrampilantertentusetelahmelaluisuatulatihan.Meskipun bakat dan intellegensi merupakan dua hal yang berbeda, namun
keduanya akan saling berkaitan. Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu
yang melekat dalam diri seseorang. Bakat dibawa sejak lahir dan terkait dengan
struktur otaknya. Secara ginetik struktur otak telah terbentuk secara lahir,
tetapi berfungsinya otak sangat ditentukan oleh peserta didik berinteraksi
dengan lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Delphine, Bandi, Psikologi Perkembangan
(anak berkebutuhan khusus), Sleman : PT Intan sejati Klaten, 2009
2. Sarwono, Sarlito, Pengantar Psikologi Umum,
Jakarta : Rajawali Pers, 2009
3. Sunarto, Perkembangan Peserta Didik,
Jakarta : Rieneka Cipta, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar