Rabu, 29 Oktober 2014

Makalah Psikologi Sosial Budaya


BAB  I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Landasan psikologis mengemukakan beberapa hal pokok yang mempunyai pengaruh terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu tentang tingkah laku, motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan dan tugas-tugas perkembangan, belajar dan penguatan, dan kepribadian.Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien).
Sebagai mana kita ketahui bahwa bimbingan konseling memiliki landasan, psikologi, Sosial budaya, filosofis, pedagogis, dan historis. Setiap landasan memiliki peran yang sama pentingnya dalam proses bimbingan dan konseling. Individu merupakan bio psiko sosio spiritual, yang artinya bahwa individu makhluk biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Setiap anak sejak lahir tidak hanya mampu memenuhi tuntutan biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya di mana individu itu tinggal, tuntutan budaya itu dilakukan agar segala dampak moderenisasi dapat di filter oleh individu tersebut secara otomatis, serta individu diharapkan dapat menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan budaya yang sudah ada, agar dapat di terima dengan baik oleh lingkungan tersebut. Untuk mengembangkan semua kemampuan penyesuaian tersebut, sangat diperlukan sebuah bimbingan.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjutu tentang landasan psikologis dan social Budaya serta kajiannya untuk keperluan pembelajaran bimbiingan dan konseling.


B. Rumusan Masalah
            Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.      Apa yang menjadi latar belakang psikologis perlunya bimbingan dan konseling?
2.      Apa yang menjadi latar belakngan social budaya perlunya bimbingan dn konseling?
C.Tujuan Penulisan
            Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui Apa yang menjadi latar belakang psikologis perlunya bimbingan dan konseling?
2.      Untuk mengetahui Apa yang menjadi latar belakngan social budaya perlunya bimbingan dn konseling?
D.    Sistematika Penulisan
            Sistematika penulisan dalam makalah ini terdiri dari 3 BAB, yaitu BAB I merupakan PENDAHULUAN yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan dan Sistematika Penulisan.  BAB II merupakan PEMBAHASAN yang terdiri dari Landasan Psikologis, Kajian Landasan Psikologis dalam Bimbingan dan Konseling, Landasan Sosial Budaya, dan Kajian Landasan Sosial Budaya dalam Bimbingan dan Konseling.  Dan BAB III merupakan KESIMPULAN.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Psikologis
Latar belakang prikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.[1]
Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dalam lingkungannya. Di samping itu, peserta didik, senantiasa mengalami berbagai perubahan dalam sikaf dan tingkah lakunya. Proses perkembangan tidak selalu berlangsung secara linier (sesuai dengan arah yang diharapkan atau orma yang dijungjung tinggi), tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau diskoontiunitas perkembangan.
Agar perkembangan peserta didik itu berlangsung secara baik, dan terhindar dari munculnya masalah-masalah psikologis, maka mereka perlu diberi bantuan yang sifatnya pribadi.Bantuan yang dapat memfasilitasi perkembangan peserta didik melalui pendekatan psikologis adalah layangan bimbingan dan konseling.
Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai, yaitu tentang:
1.      Motif dan Motivasi
Salah satu aspek psikis yang penting diketahui adalah motif,karena keberadaannya sangat berperan dalam tingkah laku individu.Pada dasarnya tidak ada tingkah laku yang tanpa motif,artinya setiap tingkah laku individu itu bermotif.
Sartain mengartikan motif sebagai suatu keadaan yang komplek dalam organisme individu yang mengarahkan perilakunya kepada satu tujuan atau insentif.
J. P. Chaplin mengemukakan, bahwa motif itu adalah satu kekuatan dalam diri individu yang melahirkan, memelihara dan mengarahkan perilaku kepada suatu tujuan.
Jadi motif adalah dorongan yang menggerakan seseorang dalam bertingkah laku. Dorongan yang ada pada diri seseorang menggerakan orang itu untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang terkandung dalam dorongan itu.
Motif dikelompokan menjadi beberapa bagianyaitu sebagai berikut:
1)      Motif Primer
Motif primer didasari oleh kebutuhan asli yang ada pada diri individu sejak ia lahir kedunia.
Motif primer meliputi :
·         Dorongan fisiologis, motif ini besumber pada kebutuhan organis,seperti:Dorongan untuk makan, minum, bernafas,mengembangkan keturunan,beristirahat,bergerak, dan sebagainya.
·         Dorongan umum meliputi : Perasaan takut, kasih sayang,ingin tahu,menyerang,berusaha,dan mengejar.[2]


2)      Motif Sekunder
Motif sekunder tidak di bawa sejak lahir, melainkan terbentuk bersamaan dengan proses perkembangan individu yang bersangkutan. Motif ini disebut juga motif yang diisaratkan secara social, karena manusia hidup dalam lingkungan social dengan sesama manusia sehingga motif ini disebut  juga     motif            social.Dalam perkembangannya motif ini dipengaruhi oleh tingkat peradaban, adat istiadat dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tempat individu itu berada. Kedalam golongan ini teramasuk, antar lain:
·         Dorongan untuk belajar ilmu pengetahuan
·         Dorongan untk mengejar suatu kedudukan
·         Dorongan berprestasi
·         Motif-motif objektif (eksplorasi,manipulasi dan menaruh minat)
·         Dorongan ingin diterima, dihargai, persetujuan, merasa aman
·         Dorongan untuk dikenal
Pengelompokan motif berdasarkan kaitan antara motif dan objek tingkah laku dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       Motif Instristik, yaitu motif yang tidak usah dirangsang dari luar, karena memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu.
b.      Motif Ekstrinstik, yaitu motif yang disebabkan oleh pengaruh rangsangan luar.
Motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu sebagai berikut:
·         Menggerakan berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat kan kesenangan.
·         Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
·         Untuk menjaga atau menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.
2.      Pembawaan Dasar dan Lingkungan
Pembawaan adalah suatu konsep yang dipercayai/dikemukakan oleh orang-orang yang mempercayai adanya potensi dasar manusia yang akan berkembang sendiri atau berkembang dengan berinteraksi dengan lingkungan. Ada pula istilah lain yang biasa diidentikkan dengan pembawaan, yakni istilah keturunan dan bakat. Sebenarnya ketiga istilah tersebut tidaklah persis sama pengertiannya. Pembawaan ialah seluruh kemungkinan atau kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu dan yang selama masa perkembangan benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan).
Pembawaan tersebut berupa sifat, ciri, dan kesanggupan yang biasa bersifat fisik atau bisa juga yang bersifat psikis (kejiwaan). Warna rambut, bentuk mata, dan kemampuan berjalan adalah contoh sifat, ciri, dan kesanggupan yang bersifat fisik. Sedangkan sifat malas, lekas marah, dan kemampuan memahami sesuatu dengan cepat adalah sifat-sifat psikis yang mungkin berasal dari pembawaan. Pembawaan yang bermacam-macam itu tidak berdiri sendiri-sendiri, yang satu terlepas dari yang lain. Seluruh pembawaan yang terdapat dalam diri seseorang merupakan keseluruhan yang erat hubungannya satu sama lain; yang satu menentukan, mempengaruhi, menguatkan atau melemahkan yang lain. Manusia tidak dilahirkan dengan membawa sifat-sifat pembawaan yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi merupakan struktur pembawaan. Struktur pembawaan itu menentukan apakah yang mungkin terjadi pada seseorang.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang mempengaruhi perkembangan diri manusia, yakni orang-orang lain (individu atau masyarakat), binatang, alam, kebudayaan, agama, adat- istiadat, iklim.
Seorang ahli psikolog Amerika, membagi lingkungan menjadi tiga bagian sebagai berikut:[3]
a.    Lingkungan alam atau luar (eksternal or physical environment), ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini, selain manusia.
b.    Lingkungan dalam (internal environment), ialah segala sesuatu yang telah masuk ke dalam diri kita, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik kita, misalnya makanan yang telah diserap pembuluh-pembuluh darah dalam tubuh.
c.    Lingkungan sosial, ialah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita.
3. Perkembangan Individu
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang dialami individu menuju kedewasaan baik fisik maupun psikis dan berlangsung secara terus menerus selama siklus kehidupan.[4]
4. Belajar dan Penguatan
Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan Thorndike dengan teorinya “Law of effect” dalam hal ini siswa akan lebih bersemangat belajar apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Hasil yang baik akan menjadikan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik pada usaha belajar selanjutnya. Sedangkan dorongan belajar itu menurut Skinner tidak dengan penguatan yang menyenangkan, tetapi juga yang tidak menyenangkan. Siswa yang belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan, nilai yang baik itu mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (penguatan positif). Sebaliknya, siswa yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, sehingga mendorongnya untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang jelek dan takut tidak naik kelas bias juga mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (penguatan negatif).[5]
5.Kepribadian
Kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.
6. Konflik dan Frustasi
Konflik dibedakan menjadi tiga bagian yaitu[6]:
a.       Konflik mendekat-mendekat,yaitu kondisi fisik yang dialami individu,karena menghadapi dua motif positif yang sama kuat.
b.      Konflik menjauh-menjauh,yaitu kondisi psikis yang dialami individu karena menghadapi dua motif negative yang sama kuat.
c.       Konflik mendekat menjauh,yaitu kondisi psikis yang dialami individu,karena menghadapi satu situasi yang mengandung motif positif dan negative yang sama kuat.
Sedangkan Frustasi dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:
a.       Frustasi Lingkungan,yaitu frustasi yang disebabkan oleh rintangan yang terdapat dalam lingkungan.
b.      Frustasi Pribadi,yaitu frustasi yang timbul dari ketidakmampuan orang itu mencapai tujuan.
c.       Frustasi Konflik,yaitu frustasi yang disebabkan oleh konflik dari berbagai motif dalam diri seseorang.


Menurut Paul Massen dan David Krech berpendapat bahwa sikap adalah suatu system dari tiga komponen yang saling berhubungan yaitu kognisi,feeling dan action tendency.[7]
Unsur-unsur sikap adalah sebagai berikut:
a.    Unsur Kognisi
b.    Unsur Afeksi
c.    Unsur Action Tendency
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Individu
a. Hereditas ( Keturunan )
Penurunan sifat-sifat dari satu generasi ke generasi berikutnya adalah melalui prinsip-prinsip berikut:
1)   Reproduksi,yaitu penurunan sifat melalui sel benih
2)   Konformitas, yaitu penurunan sifat itu mengikuti pola dari spesies generasi sebelumnya
3)   Variasi, yaitu penurunan sifat itu akan terjadi beraneka ragam
4)   Regresifilial, yaitu penurunan sifat itu akan cenderung kea rah rata-rata
b.    Lingkungan
Lingkungan adalah segala hal yang mempengaruhi individu sehingga individu itu terlibat karenanya.
Urie Bronfrenbrenner mengemukakan lapisan-lapisan lingkungan yaitu sebagai berikut:
1)   Microsystem,yaitu lingkungan yang paling dekat dengan individu.
2)   Mesosystem, yaitu lingkungan yang merujuk kepada hubungan antar Microsystem.
3)   Exosistem
c.    Kematangan
Kematangan adalah siapnya suatu fungsi kehidupan,baik fisik maupun psikis untuk berkembang dan melakukan tugasnya.
9. Masalah Kebutuhan Individu
Kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh individu adalah sebagai berikut:[8]
a.    Kebutuhan Biologis
b.    Kebutuhan Rasa Aman
c.    Kebutuhan akan Pengakuan dan Kasih Sayang
d.   Kebutuhan akan Penghargaan
e.    Kebutuhan Kognitif
f.     Kebutuhan Estetik
g.    Kebutuhan Aktualisasi Diri
10. Masalah Belajar
a. Faktor Internal
Menurut W.H.Burton ada beberapa factor yang menyebabkan kesulitan belajar yaitu sebagai berikut:
1)   Ketidak seimbangan mental atau gangguan fungsi mental
2)   Gangguan Fisik
3)   Gangguan Emosi
b.    Faktor Eksternal
Faktor ini meliputi aspek-aspek social dan nonsosial.
11. Masalah Kecerdasan Majemuk
Secara rinci ada delapan kecerdasan yaitu sebagai berikut:[9]
a.    Intelegensi Linguistik
b.    Intelegensi Logika Matematika
c.    Intelegensi Kinestetika Tubuh
d.   Intelegensi Visual Ruang
e.    Intelegensi Musikal
f.     Intelegensi Interpersonal
g.    Intelegensi Intrapersonal
h.    Intelegensi Naturalis
12. Stres dan Pengelolaanya[10]
a. Faktor-faktor pemicu Stres
1)   Faktor Biologis
-          Faktor Genetika
-          Pengalaman Hidup
-          Tidur
-          Diet
-          Postur Tubuh
-          Kelelahan
-          Penyakit
-          Adaptasi yang Abnormal
2).Faktor Biologis
-    Persepsi
-     Perasaan dan Emosi
-    Situasi
-    Pengalaman Hidup
-    Keputusan Hidup
-    Perilaku

3).Faktor Lingkungan
-     Lingkungan Fisik
-     Lingkungan Biotik
-     Lingkungan Sosial
b. Pengelolaan Stres
1). Dukungan Sosial
-     Appraisal Supporta
-     Informational Support
-     Instrumental Support
2). Kepribadian
-     Hardiness ( Ketabahan,Daya Tahan )
-     Optimis
-     Humoris
B.     Latar Belakang Sosial Budaya
Arus modernisasi di samping berdampak positif, seperti diperolehnya kemudahan dalam bidang komunikasi dan transfortasi. Di sisi lain ternyata telah melahirkan dampak yang kurang menguntungkan, yaitu dengan menggejalanya berbagai problema yang semakin kompleks, baik yang bersifat personal maupun social.
Manusia modern telah terpedaya oleh produk pemikirannya sendiri, karena tidak mampu mengontrol dampak sampingnya, seperti rusaknya lingkungan (banjir, longsor dll) yang memporakporandakan kenyamanan hidupnya sendiri.
Kehidupan yang berorientasi pada kemajuan  dalam bidang material (pemenuhan kebutuhan biologis) telah emnelantarkan supra enpiris manusia, sehingga terjadi kemiskian rohaniyah dalam dirinya. Kondisi ini ternyata sangat kondusif bagi berkembangnya masalah-masalah pribadi dan social yang terexspresikan dalam suasana psikologis yang kurang nyaman, seperti perasaan cemas, stress dan perasaan terasing, serta terjadinya penyimpangan moral atau system nilai.
Landasan sosial-budaya pun merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu :


·         Perbedaan bahasa;
·         Komunikasi non-verbal;
·         Stereotipe;
·         Kecenderungan menilai; dan
·         Kecemasan.
Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain disamping dapat menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif. Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yang berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia.Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman.Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.
Kebutuhan akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yangdihadap oleh inividu yang terlibat dala kehidupan masyarakat. Semakin rumit struktur masyarakat dan keadannya, semakin banyak dan rumit pulalah masalah yang dihadapi oleh individu yang terdapat dalam masyrakat itu.Jadi kebutuhan akan bimbingan itu timbul karena terdapat faktor yangmenambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktoritu diantaranya adalah sebagai berikut.[11]
·         Perubahan Konstelasi Keluarga
Pada tahun 1970 keluarga di Amerika mengalami perubahan yang cukupberarti, seperti; melemahnya otoritas pria (suami), meningkatnya tuntutankesamaan hak dan kewajiban kaum perempuan, dan meretaknya kedekatanhubungan antar anggota keluarga. Masalah tersebut diikuti oleh permasalahanlain, yaitu semakin meningkatnya angka perceraian dari tahun 1970 sampai tahun1980, dan kecenderungan orangtua tunggal dalam keluarga.
Ketidakberfungsian keluarga melahirkan dampak negatif bagi kehidupanmoralitas anak. Bagi keluarga yang mengalami kondisi disfungsional seperti diatas, seringkali dihadapkan kepada kebuntuan atau kesulitan mencari jalan keluaratau pemecahan masalah yang dihadapinya, sehingga apabila tidak segeramendapat bantuan dari luar, maka masalah yang dihadapinya akan semakin parah.Salah satu bantuan yang dapat memfasilitasi keluarga memecahkan masalah yangdihadapinya adalah layanan bimbingan dan konseling yang berupaya membantuuntuk memelihara kebutuhan atau keharmonisan keluarga.
·         Perkembangan Pendidikan
Demokrasi dalam bidang kenegaraan menyebabkan demokratisasi dalambidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan.Hal ini berarti pemberiankesempatan kepada setiap orang untuk menikmati pendidikan yangdiselenggarakan oleh pemerintah atau pun oleh badan swasta. Kesempatan yangterbuka ini menyebabkan berkumpulnya murid-murid dari berbagai kalanganyang berbeda-beda latar belakangnya antara lain: agama, etnis, keadaan sosial,adat istiadat dan ekonomi. Hal semacam ini menimbulkan bertumpuknya masalahyang dihadapi oleh orang yang terlibat dalam kelompok campuran itu.Pemecahanini dapat diperoleh dengan melakasanakan bimbingan bagi anggota kelompok yang bersangkutan, dalam hal ini kelompok murid sekolah.
·         Dunia Kerja
Berbagai perubahan dalam dunia kerja menuntut keahlian khusus dari parapekerja.Untuk itu perlu dipersiapkan tenaga-tenaga yang terampil dan memilikisikap mental yang tangguh dalam bekerja.Bimbingan dan konseling diperlukanuntuk membantu menyiapkan mental para pekerja yang tangguh itu.
·         Perkembangan Kota Metropolitan
Kecenderungan bertumbuhnya kota-kota di abad ke-21 akan mendorong semakin meledaknya arus urbanisasi. Kondisi ini akan menimbulkandampak sosial yang buruk bagi kehidupan masyarakat di perkotaan. Kondisi kehidupan di atas dapat menjadi sumber pemicu malapetaka kehdupan terutama menyangkut masalah-masalah psikologis seperti gejala ”maladjustment” dan”Pathologic”(gangguan sakit jiwa dan sakit jiwa. Bimbingan dan konseling dibutuhkan untuk membantu masyarakat mengatasi masalah-masalah psikologis sehingga meraka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.


·         Perkembangan Komunikasi
Dampak media massa (terutama televisi) terhadap kehidupan manusia sangatlah besar. Di samping itu program-program yang ditayangkannya tidak sedikit merusak nilai-nilai pendidikan, karena banyak adegan kekerasan, mistik dan moral.Sehubungan dengan hal tersebut, sangatlah penting bagi orang tua untuk membimbing anak, dalam rangka mengembangkan kemampuannya untuk menilai setiap tayangan yang ditontonnya secara kritis.Dalam hal ini layanan bimbingan yang memfasilitasi berkembanganya kemampuan anak dalam mengambil keputusan (decision making skill) merupakan pendekatan yang sangat tepat.
·         Seksisme dan Rasisme
Seksisme merupakan faham yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari jenis kelamin yang lainnya, sementara rasisme merupakan faham yang mengunggulkan ras yan satu dari ras yang lainnya.di Amerika seksisme masih merupakan kebiasaan atau fenomena umum di kalangan masyarakat. Fenomena ini seperti Nampak dari sikaf para orangtua yang masih memegang budaya tradisional dalam pemilihan karir bagi anak wanita, yaitu membatasi atau tidak memberika kebebasan pada anak wanita untuk memilih sendiri karir yang diminatinya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka program bimbingan mempunyai peranan penting, dalam upaya membantu orangtua agar memiliki pegangan bahwa anak wanita pun memiliki peluang yang sama dengan anak laki-laki dalam memilih karir yang disenanginya.
·         Kesehatan Mental
Terkait dengan banyaknya masalah kesehatan mental maka sekolah atau lembaga perusahaan dituntut untuk menyelenggarakan program layanan bimbingan dan konseling dalam upaya mengembangkan mental yang sehat dan mencegah serta menyembuhkan mental yang tidak sehat.
·         Perkembangan Teknologi
Dengan perkembangan teknologi yang pesat, timbul dua masalah penting yang menyebabkan kerumitan struktur dan keadaan masyarakat, yaitu:
Ø  Penggantian sebagian besar tenaga kerja dengan alat-alat mekanis/elektronik, dan hal ini mau tidak mau menyebabkan pengangguran.
Ø  Bertambahnya jenis-jenis pekerjaan dan jabatan baru yang menghendaki keahlian khusus dan memerlukan pendidikan khusus pula bagi orang yang hendak menjabatnya.
·         Kondisi Moral dan Keagamaan
Kebebasan untuk menganut agama sesuai dengan keyakinan masing-masing individu, menyebabkan seorang individu berfikir dan menilai setiap agama yang dianutnya.Kadang-kadang menilainya berdasarkan nilai moral umum yang di anggapnya paling baik. Hal semacam ini kadang menimbulkan keraguan akan kepercayaan yang telah diwarisinya dari orang tua mereka. Terutama pada kaum muda penilaian terhadap keyakinan agama itu sering didasarkan atas kesenangan pribadi yang nyata yang akan membawa kepada perasaan tertekan oleh norma-norma agama ataupun nilai moral yang dianutnya oleh orangtuanya atau mayarakat terdekat. Ini dibandingkan pula dengan norma-norma yang telah diciptakan dalam kelompok mereka sendiri. Dengan demikian mereka akan dihadapkan pada pilihan-pilihan yang tidak mudah untuk ditentukan karena menyangkut hal yang sangat mendasar dan peka. Makin banyak ragamnya ukuran penilaian makin besar pula konflik yang diderita oleh individu yang bersangkutan dan makin bersarlah kebutuhan akan bimbingan yang baik untk menanggulanginya.

·         Kondisi Sosial Ekonomi
Perbedaan yang besar dalam faktor ekonomi diantara anggota kelompok campuran, menimbulkan masalah yang berat.Masalah ini terutama sanagt dirasakan oleh individu yang berasal dari golongan ekonomi lemah, tidak mampu, atau golongan rendahan.Dikalangan mereka terutama anak-anak yang berasal dari social eknomi lemah tidak mustahil timbul kecemburuan social perasaan rendah diri, atau perasaan tidak nyaman untuk bergaul dengan anak-anak dari kelompok orng-orang kaya.Untuk menanggulangi masalah ini dengan sendirinya perlu melakukan adanya bimbingan, baik terhadap mereka yang datang dari golongan yang kurang mampu ataupun dari mereka yang berasal dari golongan sebaliknya.












BAB III
KESIMPULAN
Latar belakang prikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah  laku individu yang menjadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dalam lingkungannya. Di samping itu, peserta didik, senantiasa mengalami berbagai perubahan dalam sikaf dan tingkah lakunya. Proses perkembangan tidak selalu berlangsung secara linier (sesuai dengan arah yang diharapkan atau orma yang dijungjung tinggi), tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau diskoontiunitas perkembangan.
Agar perkembangan peserta didik itu berlangsung secara baik, dan terhindar dari munculnya masalah-masalah psikologis, maka mereka perlu diberi bantuan yang sifatnya pribadi.Bantuan yang dapat memfasilitasi perkembangan peserta didik melalui pendekatan psikologis adalah layangan bimbingan dan konseling.
Sedangkan latar belakan social budaya perlunya bimbingan dan konseling adalah dilatarbelakangi oleh Arus modernisasi di samping berdampak positif, seperti diperolehnya kemudahan dalam bidang komunikasi dan transfortasi. Di sisi lain ternyata telah melahirkan dampak yang kurang menguntungkan, yaitu dengan menggejalanya berbagai problema yang semakin kompleks, baik yang bersifat personal maupun social.
Manusia modern telah terpedaya oleh produk pemikirannya sendiri, karena tidak mampu mengontrol dampak sampingnya, seperti rusaknya lingkungan (banjir, longsor dll) yang memporakporandakan kenyamanan hidupnya sendiri.
Kehidupan yang berorientasi pada kemajuan  dalam bidang material (pemenuhan kebutuhan biologis) telah emnelantarkan supra enpiris manusia, sehingga terjadi kemiskian rohaniyah dalam dirinya. Kondisi ini ternyata sangat kondusif bagi berkembangnya masalah-masalah pribadi dan social yang terexspresikan dalam suasana psikologis yang kurang nyaman, seperti perasaan cemas, stress dan perasaan terasing, serta terjadinya penyimpangan moral atau system nilai.
Landasan sosial-budaya pun merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Erman Amti,Prayitno.Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.PT.Rineka Cipta.Jakarta.2004
2.      Yusuf,Syamsu.Landasan Bimbingan dan Konseling.PT.Remaja Rosdakarya.Bandung.2011
3.      Aqib, Zainal. Ikhtisar Bimbingan & Konseling di Sekolah. PT.Yrama Widya. Bandung.2008
4.      Gunawan, Yusuf. Pengantar Bimbingan dan Konseling. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta 1992
5.      Ketut Sukardi.Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah.PT. Rineka Cipta. Jakarta: 2008.
6.      Munir Amin, Samsul. Bimbingan dan Konseling Islam. PT.Amzah. Jakarta.2010.
7.      Tohirin. Bimbingan Dan Konseling Berbasis Integrasi.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.2008.



[1]Prayitno. Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Hal.  142
[2] Ibid,hal 150
[3]Prof.Dr.Syamsu Yusuf.Landasan Bimbingan dan Konseling.PT.Remaja Rosdakarya.Bandung.2011.hal.176
[4] Ibid,hal.196
[5] Dr.Ahmad Juntika Nurihsan.Bimbingan dan Konseling dalam berbagai latar.PT.Refika Aditama.hal.164
[6]Prof.Dr.Syamsu Yusuf.Landasan Bimbingan dan Konseling.PT.RemajaRosdakarya.Bandung.2011.hal.164
[7] Ibid,hal.169
[8]Ibid,hal.202
[9] Ibid,hal.225
[10]Ibid,hal.249
[11] Syamsu yusuf, juntika Nurihsan, Landasan BIMBINGAN dan KONSELING, 2010:119

1 komentar:

  1. izin copy yah buat tugas.. hanya beberapa bagian saja kok.. terimakasih sebelumnya :)

    BalasHapus