BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Manusia pada
dasarnya sangat membutuhkan kepada Nilai dan Kebajikan dalam Hidupnya.Namun
Nilai dan kebajikan itu sudah tentu ada yang baik dan ada pula yang jelek. Nilai
yang baik itulah yang harus dilaksanakan oleh masing-masing individu, serta nilai-nilai yang jelek tidak
dikembangkan dan harus ditinggalkan.
Namun demikian sama-sama satu nilai kewajiban masih dapat didudukkan mana
kewajiban yang lebih tinggi dibandingkan kewajiban yang lainnya yang lebih
rendah hierarkinya. Hal ini dapat dikembalikan pada hierarki nilai menurut pada zaman
dahulu, contohnya: kewajiban untuk
beribadah haruslah lebih tinggi dibandingkan dengan kewajiban melakukan tugas
politik, ekonomi, dan sebagainya. Disamping itu masing-masing bidang nilai
masih dapat dirinci mana yang esensial dan mana yang instrumental. Misalnya:
pakaian jilbab bagi kaum wanita, ini menyangkut dua nilai tersebut, yaitu nilai
esensial, dalam hal ini ibadah menutup aurat, sedangkan nilai insaninya (instrumental)
adalah nilai estetik, sehingga bentuk, model,warna, cara memakai dan sebagainya
dapat bervareasi sepanjang dapat menutup aurat.
Karena nilai bersifat ideal dan tersembunyi dalam setiap qalbu manusia, maka pelaksanaan nilai
tersebut harus disertai dengan niat. Niat merupakan I’tikad seseorang yang
mengerjakan sesuatu dengan penuh kesadaran. Dalam hal ini I’tikad tersebut
diwujudkan dalam aktualisasi nilai-nilai Islam dalam proses pembelajaran
pendidikan agama Islam. Dalam proses aktualisasi nilai-nilai Islam dalam
pembelajaran tersebut, diwujudkan dalam proses sosialisasi di dalam kelas dan
diluar kelas. Pada hakikatnya nilai tersebut tidak selalu disadari oleh
manusia. Karena nilai merupakan landasan dan dasar bagi perubahan.
Nilai-nilai dan Kebajikan itulah yang
merupakan suatu daya pendorong dalam hidup seseorang pribadi atau kelompok.
Oleh karena itu nilai mempunyai peran penting dalam proses perubahan sosial.
B. Perumusan Masalah
Adapun Perumusan Masalah dalam
penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa Pengertian Nilai dan Kebajikan ?
2.
Apa saja Macam-macam Nilai dan
Kebajikan ?
3.
Bagaimana Fungsi Nilai dan Kebajikan ?
4.
Bagaimana Nilai dan Kebajikan merupakan
dasar moral bagi Manusia ?
5.
Bagaimana Konsep Nilai dalam Islam ?
6.
Bagaimana Konsep Kebajikan dalam
Al-Qur’an ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Nilai dan Kebajikan
Nilai
adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau
berguna.
Menurut Webster Nilai adalah prinsip, standar atau
kualitas yang dipandang bermanfaat dan sangat diperlukan.
Menurut Ibnu Qayyim Nilai adalah suatu keyakinan
dan kepercayaan yang menjadi dasar bagi seseorang atau sekolompok orang untuk
memilih tindakannya, atau menilai suatu yang bermakna bagi kehidupannya.
Menurut Muhammad Abduh Nilai adalah standart tingkah laku,
keindahan, keadilan, dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya
dijalankan serta dipertahankan.
Menurut Muhammad Fahru Razi Nilai adalah suatu
pola normatif, yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu system
yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi sekitar
bagian-bagiannya
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Nilai adalah suatu tipe
kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup system kepercayaan, dimana
seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu
yang tidak pantas atau yang pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercayai.
Sedangkan pengertian kebajikan menurut Ad-Durjani adalah sesuatu yang membawa kebaikan dan
perbuatan baik.
Menurut Socrates kebajikan merupakan semacam
kearifan atau kebijaksanaan yang menimbulkan keselarasan pada jiwa seseorang
yaitu kesehatan, keindahan, dan kesejahteraan dari jiwa.
Jadi dari hasil
pengertian di atas maka bisa disimpulkan bahwa Nilai Kebajikan adalah suatu
tindakan atau perilaku yang baik yang dipercayai ada pada sesuatu dan memuaskan
tiap-tiap individunya.
B.
Macam-macam Nilai dan Kebajikan
Menurut Notonegoro Nilai dibagi menjadi beberapa bagian,diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Nilai Material
Yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani
manusia.
2. Nilai Vital
Yaitu segala sesuatu
yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai kerohanian
Yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia. Nilai kerohanian dapat dibedakan menjadi empat yaitu:
a. Nilai Kebenaran
Yaitu Nilai
yang bersumber pada akal atau rasio.
b. Nilai Keindahan
Nilai yang bersumber pada nilai perasaan.
c. Nilai Kebaikan
Nilai moral yang bersumber dari kehendak manusia.
d. Nilai Religious
Merupakan nilai kerohanian yang
tertinggi dan mutlak.
Sedangkan
Kebajikan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
1.
Keadilan
2.
Kearifan
3.
Kepercayaan
4.
Ilmu
5.
Akal
sehat
6.
Kebijaksanaan
C. Fungsi Nilai dan Kebajikan
Nilai dan
Kebajikan memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan manusia,adapun fungsi Nilai
dan Kebajikan adalah sebagai berikut:
1.
Nilai dan Kebajikan
membentuk dasar prilaku seseorang
2.
Nilai dan Kebajikan dari
seseorang diperlihatkan melalui pola prilaku yang konsisten
3.
Nilai dan Kebajikan menjadi
kontrol internal bagi prilaku seseorang
4.
Nilai dan Kebajikan menentukan seseorang dalam
kalangan Masyarakat
D. Nilai dan Kebajikan merupakan Dasar Moralitas Bagi Manusia
Jika setiap watak Manusia memiliki Nilai
Kebajikan sebagai dasar moral dalam penyelenggaraan pemerintahan di negaranya
masing-masing, maka tidak salah lagi, kalau tidak akan ada lagi
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di lembaga pemerintahan, karena martabat
muncul dari akhlak dan budi pekerti yang baik, mentalitas, etos kerja dan
akhirnya bermuara pada produktivitas dan kreativitas.
Nilai kebajikan memunculkan rasa
percaya diri yang memungkinkan kita berdiri sama tegak, dan tidak didikte oleh
bangsa lain untuk itu semua warga negara dapat mengambil peran dalam membangun
negara sehingga menjadi masyarakat madani berdaya, berkeadilan, masyarakat yang
tidak mudah dihina oleh kekuatan manapun.
Dengan nilai kebajikan sebagai dasar
moral maka pemerintah di setiap Negara akan menciptakan suatu masyarakat yang
didalamnya tidak ada lagi pihak yang merasa dirugikan.
E. Konsep Nilai dalam Islam
Konsep Nilai dalam Islam sangatlah
penting bagi setiap orang,karena dengan Nilai dan kebajikan seseorang harus
bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu yang tidak
pantas atau yang pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercayai. Jika nilai diterapkan dalam proses
belajar mengajar dapat diartikan sebagai pendidikan yang mana nilai dijadikan
sebagai tolak ukur dari keberhasilan yang akan dicapai dalam hal ini kita sebut
dengan pendidikan nilai. Pendidikan nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai dalam diri seseorang. Suatu nilai ini menjadi pegangan bagi
seseorang yang dalam hal ini adalah siswa atau peserta didik, nilai ini
nantinya akan diinternalisasikan, dipelihara dalam proses belajar mengajar
serta menjadi pegangan hidupnya. Memilih nilai secara bebas berarti bebas dari
tekanan apapun.
Nilai-nilai yang ditanamkan sejak dini bukanlah suatu nilai
yang penuh bagi seseorang. Situasi tempat, lingkungan, hukum dan peraturan
dalam sekolah, bisa memaksakan suatu nilai yang tertanam pada diri manusia yang
pada hakikatnya tidak disukainya-pada taraf ini semuanya itu bukan merupakan
nilai orang tersebut. Sehingga nilai dalam arti sepenuhnya adalah nilai yang
kita pilih secara bebas. Yang dalam hal ini adalah pengaktualisasian
nilai-nilai Islam dalam proses pembelajaran yang nantinya disajikan beberapa
nilai-nilai yang akan diterapkan dan dilaksanakan secara langsung dalam proses
belajar mengajar oleh guru. Sehingga dari situlah realisasi dari pada nilai itu
terlaksana dengan baik.
Nilai dan Kebajikan
dalam Islam mempunyai
dua segi yaitu:
1.
Segi
Normatif
Dalam Segi
normatif
menitik beratkan pada pertimbangan baik buruk, benar salah, hak dan batil,
diridhoi atau tidak.
2.
Segi
Operatif
Dalam Segi
Operatif mengandung lima kategori yang menjadi prinsip standarisasi prilaku
manusia, yaitu sebagai berikut:
a. Nilai Baik
Yaitu Nilai yang baik yang dilakukan
manusia, ketaatan akan memperoleh imbalan jasa (pahala) dan kedurhakaan akan
mendapat sanksi.
b. Nilai Setengah Baik
Yaitu Nilai
yang setengah baik dilakukan manusia, sebagai penyempurnaan terhadap nilai yang
baik atau wajib sehingga ketaatannya diberi imbalan jasa dan kedurhakaannya
tanpa mendapatkan sangsi.
c. Nilai Netral
Nilai yang bersifat netral,
mengerjakan atau tidak, tidak akan berdampak imbalan jasa atau sangsi.
d. Nilai Kurang
Baik
Nilai yang sepatutnya untuk
ditinggalkan. Disamping kurang baik, juga memungkinkan untuk terjadinya
kebiasaan yang buruk yang pada akhirnya akan menimbulkan keharaman.
e. Nilai Buruk
Nilai yang
buruk dilakukan karena membawa kemudharatan dan merugikan diri pribadi maupun
ketenteraman pada umumnya, sehingga apabila subyek yang melakukan akan mendapat
sangsi, baik langsung (di dunia) atau tidak langsung (di akhirat).
Kelima nilai yang tersebut diatas cakupannya menyangkut
seluruh bidang yaitu menyangkut Nilai Ilahiyah Ubudiyah, Ilahiyah Muamalah, dan
Nilai Etik Insani yang terdiri dari nilai sosial, rasional, individual,
biofisik, ekonomi, politikdan estetik. Dan sudah barang tentu bahwa nilai-nilai yang jelek tidak
dikembangkan dan ditinggalkan. Namun demikian sama-sama satu nilai kewajiban
masih dapat didudukkan mana kewajiban yang lebih tinggi dibandingkan kewajiban
yang lainnya yang lebih rendah hierarkinya.
Karena
nilai bersifat ideal dan tersembunyi dalam setiap qalbu manusia, maka pelaksanaan nilai
tersebut harus disertai dengan niat. Niat merupakan I’tikad seseorang yang
mengerjakan sesuatu dengan penuh kesadaran. Dalam hal ini I’tikad tersebut
diwujudkan dalam aktualisasi nilai-nilai Islam dalam proses pembelajaran
pendidikan agama Islam. Dalam proses aktualisasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran
tersebut, diwujudkan dalam proses sosialisasi di dalam kelas dan diluar kelas.
Pada hakikatnya nilai tersebut tidak selalu disadari oleh manusia. Karena nilai
merupakan landasan dan dasar bagi perubahan.
F. Konsep Kebajikan dalam Al-Qur’an
Dalam Surat Al-Insan ayat 7 Al Qur’an bercerita tentang orang-orang
baik (Abrar) yang disifati sebagai sosok yang selalu menepati nadzarnya, dan
senantiasa takut terhadap siksa Allah.
Allah SWT Berfirman:
“
Mereka memenuhi nadzarnya dan takut pada suatu hari akan adzab Allah yang
merata “. ( QS.Al-Insan : 7 )
Orang-orang
yang telah sampai pada Maqam Abrar ( posisi
orang-orang yang diberi predikat baik oleh Allah ) adalah orang yang
beriman kepada Allah, iman kepada hari akhir, serta takut terhadap siksa Allah
di hari kiamat. Nilai-nilai
ini akan berdampak pada sikap dan perilaku mereka dalam kehidupan, begitu juga
terhadap kaum fakir miskin. Mereka akan mampu merasakan terhadap apa yang
dirasakan oleh kaum fakir, turut serta dalam kesedihan dan beban hidup yang
mereka tanggung dalam kehidupan. Mereka kaum
abrar adalah orang yang senantiasa peduli dan perhatian terhadap kehidupan
sesamanya, memiliki sifat solidaritas yang tinggi dan mau ikut menanggung beban
penderitaan orang-orang yang membutuhkan. Apa yang mereka makan juga dirasakan
oleh kaum fakir miskin, mereka akan gemar untuk bersedekah atas hartanya demi
untuk memenuhi kebutuhan hidup orang-orang yang lebih membutuhkan, bahkan
mereka merelakan apa yang dimiliki demi kehidupan kaum fakir, miskin, anak-anak
yatim, ataupun orang-orang yang dalam pengungsian. Hasan Al Bashri berkata,
suatu ketika datang kelompok pengungsi kepada Rasul, kemudian Rasul
memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menanggung beban hidup mereka sampai
berlangsung selama tiga hari.
Kaum Abrar lebih mengutamakan kepentingan
orang-orang yang membutuhkan, walaupun diri dan keluarganya juga membutuhkan.
Mereka rela untuk memberikan bahan pangan yang mereka miliki dan mengutamakan
orang lain, walaupun keluarganya juga memiliki rasa lapar.
Allah SWT
Berfirman:
“Sesungguhnya kami memberi makanan
kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridlaan Allah, kami tidak menghendaki
balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih”.( QS.Al-Insan:9 )
Mereka rela untuk memberikan apa yang dimiliki
tanpa mengharapkan balasan kecuali ridla Allah. Atas pemberian yang mereka
curahkan, tidak diharapkan pujian, ataupun sanjungan dari manusia. Namun,
mereka melakukan itu hanya untuk mengharapkan ridla Allah karena mereka yakin
bahwa hari kiamat akan benar-benar datang, dan manusia akan dihisab atas segala
amal perbuatannya, jika ia berbuat baik, maka akan mendapat balasan yang baik,
dan sebaliknya. Perilaku kaum abrar merupakan cerminan sikap seorang muslim sejati,
sikap yang penuh perhatian dan peduli terhadap kehidupan sesama muslim dalam
masyarakat.
Dalam konteks perekonomian modern Masyarakat
Muslim, masalah perekonomian merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat, mereka saling bekerjasama dan saling tolong menolong untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat, baik dari segi pangan, sandang, ataupun papan,
sebuah sikap yang tidak ditemukan dalam sistem perekonomian apapun.
Allah SWT Berfirman
:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan
( yang sempurna ), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan,
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”. (Ali Imran:92).
Dalam ayat di atas, Al Qur’an menceritakan tentang maqam al abrar yang mungkin bisa dicapai
oleh seorang muslim. Al Abrar bisa diraih dengan membentuk pribadi ataupun
psikologi seorang muslim, yakni bisa disifati dengan pribadi yang memiliki
sikap untuk peduli dan perhatian terhadap sesama dalam masyarakat.
Memberikan infaq
di jalan Allah merupakan hal yang sangat berat untuk dilakukan manusia, karena
seperti telah dijelaskan, manusia mempunyai sifat untuk cinta terhadap kekayaan
dunia.Manusia lebih suka membelanjakan harta itu untuk memenuhi kepentingan
pribadinya, daripada harus diberikan kepada orang lain, ia lebih suka
mengumpulkan dan menyimpannya daripada dikeluarkan untuk kepentingan
masyarakat, dan ini merupakan sifat dasar manusia.
Keutamaan manusia dalam Islam tidak terletak pada kekayaan ataupun
kefakiran yang dimiliki,tetapi terletak pada hati dan amal perbuatanya.
Rosulullah SAW
Bersabda:
“ Allah tidak
akan memandang seseorang dari rura-rupanya,bentuk tubuhnya,harta-hartanya
tetapi Allah akan melihat kepada Hati-hatinya dan amal perbuatanya “.
Kebajikan bisa dicapai bukan hanya dengan mengerjakan
shalat,Infak dan Ibadah lainya,namun kebajikan yang bisa
mengantarkan kita ke Maqam Abrar sangat beragam dan lebih dari itu.
Al-Abrar adalah orang-orang yang
berpegang teguh terhadap Iktikad-iktikad dasar dalam agama, hal ini meliputi Iman kepada Allah, hari akhir serta
hal-hal lain yang berkaitan dengan keduanya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nilai adalah
suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup system kepercayaan,
dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai
suatu yang tidak pantas atau yang pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercayai.Sedangkan
Kebajikan adalah suatu tindakan perilaku kebiasaan untuk berbuat baik-baik atau
dalam kondisi ideal merupakan perilaku yang telah dapat mengikuti tuntunan
watak sejati secara alami.
Nilai
dikelompokan menjadi beberapa bagian,yaitu Nilai Material,Nilai Vital,dan Nilai
Kerohanian,yang mliputi Nilai Kebenaran,Nilai Keindahan,Nilai Kebaikan dan
Nilai Religius.Sedangkan Kebajikan dikelompokan mnjadi beberapa
bagian,diantaranya keadilan,kepercayaan,kearifan,Ilmu,akal sehat dan
kebijaksanaan.
Nilai dan
Kebajikan memiliki beberapa fungsi,diantaranya membentuk
dasar prilaku seseorang,menjadi kontrol internal bagi prilaku seseorang dan menentukan posisi seseorang dalam kalangan
Masyarakat.
Nilai dan
kebajikan sebagai dasar moral maka pemerintah di setiap Negara akan menciptakan
suatu masyarakat yang didalamnya tidak ada lagi pihak yang merasa dirugikan.
Konsep Nilai
dalam Islam sangatlah penting bagi setiap orang,karena dengan Nilai dan
kebajikan seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau
mengenai suatu yang tidak pantas atau yang pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercayai.
Kebajikan bisa dicapai bukan hanya dengan mengerjakan
shalat,Infak dan Ibadah lainya,namun kebajikan yang bisa
mengantarkan kita ke Maqam Abrar sangat beragam dan lebih dari itu
B. Saran
Adapun Saran
yang dapat Penulis sampaikan kepada para pembaca dalam penulisan Makalah ini
adalah jalankan dan laksanakan Nilai dan Kebajikan dalam kehidupan ini sesuai
dengan Syari’at Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
1. Syarief,Nashruddin. Menangkal Virus
Islam Liberal.
PERSISPERS, 2011.
2. Fahmi
Zarkasyi,Hamid.Membangun Peradaban dengan
Ilmu.PT Ciptanusantara.2010.
3. Al-Attas.Islam dan Sekulerisme.PT Pustaka
Jaya.Jakarta.2010
4.
Http.Insist.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar